Selasa, 21 Juni 2011

TUMBANG

TINJAUAN TEORI

TUMBUH KEMBANG ANAK
A. PENGERTIAN
Tumbuh adalah proses bertambahnya ukuran/dimensi akibat penambahan jumlah atau ukuran sel dan jaringan interseluler.
Kembang/perkembangan adalah proses pematangan/maturasi fungsi organ tubuh termasuk berkembangnya kemampuan mental intelegensia serta perlakuan anak.
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan atau keahlian dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses di ferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh organ-organ dan system organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga msing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungan.

B. JENIS TUMBUH KEMBANG
1. Tumbuh kembang fisis meliputi perubahan dalam bentuk besar dan fungsi organisme individu.
2. Tumbuh kembang intelektual berkaitan dengan kepandaian berkomunikasi dan kemampuan menangani materi yang bersifat abstrak dan simbolik seperti berbicara,bermain,berhitung dan membaca.
3. Tumbuh kembang social emosional bergantung kemampuan bayi untuk membentuk ikatan batin,berkasih saying,menangani kegelisahan akibat suatu frustasi dan mengelola rangsangan agresif.

C. FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TUMBUH KEMBANG
1. Faktor Genetik
2. Faktor herediter konstitusional
3. Faktor lingkungan
Lingkungan ini meliputi aspek fisikobiopsikososial yang dapat berupa :
a.Orang tua : hidup rukun dan harmonis,persiaan jasmani,mental,social yang matang pada saat membina keluarga,mempunyai tingkat ekonomo/kesejahteraan yang cukup,cukup waktu untuk memperhatikan,membimbing dan mendidik anak
b.Pelayanan KIA dan KB yang cukup untuk perlindungan kesehatan Ibu dan Anak dengan jaringan dan fasilitas yang memadai dalam tenaga,peralatan,anggaran dan mencakup seluruh populasi.
c.Didaerah perkotaan m,aupun pedesaan diciptakan keadaan yang cukup baik dalam segi-segi : kesehatan,geografis,demografis,social ekonomi.
d.Pendidikan di rumah,sekolah, diluar sekolah dan rumah untuk pembinaan perkembangan emosi, social, moral, etika, tanggung jawab,pengetahuan, ketrampilan dan kepribadian.

D. TAHAP TAHAP TUMBUH KEMBANG
Proses tumbuh kembang dimulai sejak sel telur dibuahi dan akan berlangsung sampai dewasa.
a. Tahap prenatal
 Masa embrio : mulai konsepsi – 8 minggu
 Masa tengah fetus : 9 minggu – 24 minggu
 Masa fetus lanjut : 24 minggu – lahir
b. Tahap postnatal
• Masa neonatal : lahir – 1 bulan
Masa bayi awal : 1 bulan – 1 tahun
• Masa bayi lanjut : 1 tahun – 2 tahun
c. Masa anak (wanita : 2-10 tahun, laki-laki : 2-12 tahun) :
 Masa prasekolah : 2 – 6 tahun
 Masa sekolah : wanita 6 – 10 tahun,laki-laki 6 – 12 tahun
d. Masa remaja (adolesen) : wanita 10-18 tahun, laki-laki 12-20 tahun
 Pra pubertas : wanita 10-12 tahun,laki-laki 10-14 tahun
 Pubertas : wanita 12-14 tahun,laki-laki 14-15 tahun
 Post pubertas :wanita 14-18 tahun,laki-laki 16-20 tahun

E. SKRINING DAN PENGAWASAN TUMBUH KEMBANG
Pengawasan tumbuh kembang anak dilakukan secara kontinue dengan pencatatan yang baik dimulai sejak dalam kandungan (Ante Natal Care) secara teratur dan pengawasan terutama anak balita.
 Untuk pertumbuhan anak dengan pengukuran BB dan TB menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS).
 Untuk perkembangan anak dengan menggunakan DDST (Denver Development Screening Test).

Sedangkan tahap-tahap penilaian perkembangan anak yaitu :
 Anamnesis
 Skrining gangguan perkembangan anak
 Evaluasi penglihatan dan pendengaran anak
 Evaluasi bicara dan bahasa anak
 Pemeriksaan fisik

F. TEORI PERKEMBANGAN MENURUT SIGMUND FREUD
1.Fase Oral : 0 – 1 tahun
Keuntungan : Kepuasaan/kebahagian terletak pada mulut
Mengisap,menelan,memainkan bibir,makan,kenyang dan tidur.
Kerugian : menggigit,mengeluarkan air liur,marah,menangis jika tidak terpenuhi.
2.Fase Anal : 1 – 3 tahun
Keuntungan : belajar mengontrol pengeluran BAB dan BAK,senang melakukan sendiri
Kerugian : jika tidak dapat melakukan dengan baik.
3.Fase Phalic : 3 – 6 tahun
• Dekat dengan orang tua lawan jenis
• Bersaing dengan orang tua sejenis
4.Fase latent : 6 – 12 tahun
• Orientasi social keluar rumah
• Pertumbuhan intelektual dan social
• Banyak teman dan punya group
• Impuls agresivitas lebih terkontrol
5.Fase genital
• Pemustan seksual pada genital
• Penentuan identitas
• Belajar tidak tergantung pada orang tua
• Bertanggung jawab pada diri sendiri
• Intim dengan lawan jenis.
Keuntungan : bergroup
Kerugian : konflik diri,ambivalen.

ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Review kembali catatan medik masalah kesehatan yang berkaitan dengan gangguan pada perkembangan anak
2. Kaji pengetahuan keluarga akan penyakit/masalah yag berkaitan dengan gangguan tumbang anak
3. Tentukan perkembangan anak sesuai umurnya (dengan DDST)
4. Kaji kemampuan fungsional anak yang meliputi kemampuannya dalam makan,mandi,berpakaian,berjalan,memecahkan masalah dan berkomunikasi.
5. Kaji persepsi orang tua kan tingkat perkembangan anak dan pengharapan mereka terhadap anaknya.
6. Kaji tentang hubungan orang tua denagan anak
7. Kaji sumber-sumber yang mendukung seperti tingkat perekonomian keluarga dll yang dapat mendukung perkembangan anak.

B. DIAGNOSE KEPERAWATAN
1. Ketidakmampuan penyesuaian berhubungan dengan kelahiran/diagnosis gangguan perkembangan anak.
2. Perubahan kemampuan peran orang tua berhubungan dengan kesulitan memenuhi dan mengasuh anak.
3. Ketidakefektifan kemampuan anak dalam pola makan b.d ketidakmampuan lidah,kelumpuhan otot dan kelemahan menelan.
4. Perubahan tumbang b.d ketidakmampuan
5. Isolasi social b.d kelainan perkembangan
6. Resiko cedera b.d perkembangan (sesuai dgn tingkat usia perkembangan anak).


DAFTAR PUSTAKA

Wong DL, 1995, Nursing Care Of Infant and Children Fifth Edition,Mosby Year Book,Philadelpia USA.

Mansjoer A, 1999,kapita selekta Kedokteran Jilid II,media Aesculapius FK UI Jakarta

Potter and Perry,1993,Fundamental Of Nursing, Mosby Year Book,Philadelpia USA.

Short JR, 1994 Penyakit anak Jilid 2,Bina Aksara,Jakarta

RESUME KASUS TUMBUH KEMBANG

I. IDENTITAS
Nama anak : Niko Hanafi Rofian
Tanggal lahir : 5 Juli 2002
Umur : 2 th 9 bln 26 hr
Nama ayah/Ibu : Sugiyanto
Pekerjaan Ayah/ Ibu : Bapak Kernet bus / Ibu rumah tangga
No. Med.Rec : 1 18 00 41
Berat Badan Lahir : 3600 gram
Alamat : Mangkuyudan RT 9 / 5 no. 20 Kodya. Yogyakarta

II. DATA FOKUS
S : Ibu mengatakan anaknya belum bisa duduk sendiri dan belum bisa rambatan serta belum bisa bicara.
O : Tangan dan kaki kiri gerakkannyan melemah
BB : 9,7 kg, TB : 82 cm, LK : 43 cm, LLA : 14 cm
Anak terlihat pasif dan malas untuk dilatih. Imunisasi sudah lengkap
Pengukuran Denver Development Skrining Test (DDST)/Denver II :
1. MOTORIK KASAR
Yang dapat dilakukan anak sesuai dengan umurnya adalah :
 Membalik
 Bangkit kepala tegak
 Duduk tanpa bantal
Yang tidak dapat dilakukan anak adalah :
 Berdiri satu kaki
 Melempar bola tangan ke atas
 Menendang bola ke depan
 Berjalan naik tangga
 Berjalan naik tangga  Berjalan naik tangga
 Bangkit terus duduk
 Bangkit untuk berdiri
 Berdiri dengan pegangan

2. BAHASA :
Yang dapat dilakukan anak :
 Papa/Mama tidak spesifik
 Kombinasi silabel
 Mengoceh  1 kata
 2 kata
 3 kata

3. ADATIF- MOTORIK HALUS
Yang dapat dilakukan anak :
 Meraih
 Mencari benang
 Menggaruk manik”  Memegang dengan ibu jari
 Mencoret-coret
 Menyusun menara 2 balok

4. PERSONAL SOSIAL
Yang dapat dilakukan anak :
 Menirukan kegiatan
 Minum dengan cangkir
 Menggunakan sendok/garfu
INTERPRETASI HASIL UJI DDST :
Perkembangan anak niko termasuk katagori suspect abnormal karena ada 2 atau > peringatan dan atau 1 atau > kelambatan
A : Keterlambatan tmbuh kembang berhubungan dengan ketidakmampuan fisik
P : - Kaji faktor penyebab gangguan perkembangan anak
- Latih anak untuk melakukan aktifitas sesusai garis batas umur
- Bangun hubungan kepercayaan dengan anak
- Anjurkan pada orang tua untuk kontrol secara rutin
I : - Mengkaji penyebab gangguan perkembangan anak
- Melatih anak untuk melakukan aktifitas sesuai garis batas umur
- Membangun hubungan kepercayaan dengan anak
- Menganjurkan pada orang tua untuk kontrol secara rutin
E : - Anak melakukan hanya sebagian tugas perkembangan yang bisa dicapai,.
- Ibu mengatakan paham dengan penjelasan yang diberikan dan berjanji akan
melaksanakan nasehat yang diberikan oleh perawat

Minggu, 19 Juni 2011

SAK BAYI NORMAL

BAYI NORMAL

A. Pendahuluan
Bayi baru lahir (BBL) dengan kondisi normal merupakan dambaan setiap pasangan orang tua. Sebagian besar BBL (< 80%) akan lahir dengan kondisi normal. Hal ini sebagian besar merupakan kelanjutan keberhasilan hasil konsepsi dan indikator pelayanan kesehatan maternal-neonatal yang baik dan berkualitas. Namun ada kalanya bayi yang lahir dalam keadaan normal dalam perjalanan hidupnya kemudian menjadi bermasalah. Untuk itu diperlukan kecermatan dan perhatian dalam perawatan BBL, meskipun terlahir normal. Nasib anak yang dilahirkan dengan seksio sesarea (SC) banyak tergantung dari keadaan yang menjadi alasan untuk melakukan SC. Menurut statistik di negara-negara dengan pengawasan antenatal dan intranatal yang baik, kematian perinatal pasca SC berkisar 4-7%. B. Kriteria Bayi Normal a. Masa gestasi cukup bulan: 37-40 minggu b. Berat lahir 2500-4000 gram c. Lahir tidak dalam keadaan asfiksia: (lahir menangis keras, nafas spontan dan teratur, skor Apgar >7.
d. Tidak terdapat kelainan kongenital berat

C. Langkah Promotif/Preventif
a. Mempersiapkan kehamilan ibu dengan baik dengan memperhatikan status nutrisi, kesehatan dan kesejahteraan ibu hamil
b. Melaksanakan perawatan antenatal yang teratur
c. Melakukan perawatan perinatal esensial
d. Mencegah persalinan prematur
e. Melakukan resusitasi dengan baik dan benar.

D. Langkah Diagnosis
1. Anamnesis
a. Riwayat perawatan antenatal yang teratur
b. Riwayat HPMT 9 hari pertama haid terakhir)
c. Riwayat kehamilan ibu baik; tidak ada DM, preeklamsia / eklamsia, hipertensi, perdarahan antepartum
d. Riwayat persalinan normal
e. Riwayat bayi lahir langsung menagis
2. Pemeriksaan fisik :
a. Berat lahir 2500-4000 gram
b. Tidak dijumpai tanda-tanda prematuritas
c. Bayi bugar, menangis keras, tonus otot baik, kulit kemerahan dan denyut jantung >100 kali/menit
d. Tidak dijumpai kelainan kongenital
3. Pemeriksaan penunjang
Biasanya tidak diperlukan pemeriksaan penunjang, kecuali dalam keadaan ragu dan atau untuk menghitung masa gestasi, maka dapat dilakukan pemeriksaan skor ballard atau dubowitz

E. Penatalaksanaan
Manajemen BBL normal
1 Perawatan esensial pasca persalinan yang bersih dan aman, serta inisiasi pernafasan spontan (resusitasi), dilanjutkan dengan
a. Stabilisasi suhu atau jaga agar suhu badan bayi tetap hangat dengan jalan membungkus badan dengan kain, selimut, atau pakaian kering dan hangat, memakai tutup kepala, segera meletakkan pada dada atau puting susu ibu, tidak memandikan sebelum berumur 6 jam.
b. Pemeriksaan asi dini dan eksklusif, dimulai pada 30 menit pertama
2 Pencegahan terhadap infeksi dan pemberian imunisasi
3 Pemberian vitamin K, secara intramuskuler atau oral, dosis injeksi 1 mg sekali pemberian, atau oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10 hari, dan umur 4-6 minggu).
4 Perawatan mata dengan pemberian tetes mata antibiotika tetrasiklin atau klorampenikol.
5 Perawatan tali pusat dengan menjaga kebersihan dan agar tetap kering tidak lembab.
6 Pemberian vaksin polio dan hepatitis B pertama.

F. Pemantauan
Terapi
1. Bayi normal biasanya tidak memerlukan terapi lebih lanjut
Pemantauan lain:
2. Meskipun bayi normal, tetap harus dipantau selama minimal 6 jam untuk melihat kemungkinan timbulnya bahaya, terutama hipotermi dan hipoglikemia serta gangguan nafas.
Pemantauan tumbuh kembang:
3. Perlu kunjungan tindak lanjut pada bidan atau dokter
4. Pemeriksaan imunisasi BCG pada usia 1 bulan
5. Periksa teratur di klinik tumbuh kembang, pos yandu, puskesmas, bidan atau dokter praktek untuk memantau tumbuh kembangnya.

G. Asuhan keperawatan bayi baru lahir normal
Pengkajian
1. Pengkajian fisik
a. Pengukuran umum :
 Lingkar kepala 33-35 cm,
 Lingkar dada 30,5-33 cm,
 Lingkat kepala 2-3 cm > dari linkar dada,
 Panjang kepala ke tumit 48-53 cm,
 BBL 2700-4000 gram
b. Tanda vital :
 Suhu 36,50C-370C (aksila),
 Frekwensi jantung 120-140 x/m (apical),
 Pernafasan 30-60x/m
 Tekanan darah
c. Kulit :
 Saat lahir: merah terang, menggembung, halus
 Hari kedua-ketiga: merah muda, mengelupas, kering
 Vernik kaseosa
 Lanugo
 Edema sekitar mata, wajah, kaki, punggung tangan, telapak, dan skrotum atau labia.
d. Kepala
 Fontanel anterior: bentuk berlian, 2,5-4,0 cm
 Fontanel posterior:bentuk segitiga 0,5-1 cm
 Fontanel harus datar, lunak danpadat
 Bagian terlebar dari fontanel diukur dari tulang ke tulang, bukan dari sututa ke sutura.
e. Mata :
 Kelopak biasanya edema, mata tertutup
 Warna agak abu-abu, biru gelap, coklat
 Tida ada air mata
 Ada refleks merah, reflek pupil (repon cahaya), refleks berkedip (respon cahaya atau sentuhan)
 Fiksasi rudimenter pada obyek dan kemampuan mengikuti ke garis tengah.
f. Telinga :
 Posisi puncak pinna berada pada garis horizontal bersama bagian luar kantus mata
 Reflek moro atau refleks terkejut ditimbulkan oleh bunyi keras dan tiab-tiba
 Pina lentur adanya kartilago.
g. Hidung :
 patensi nasal, rabas nasal-mukus putih encer, bersin
h. Mulut dan tenggorok :
 Utuh, palatum arkus-tinggi, uvula di garis tengah, frenulum lidah, frenulum bibir atas
 Reflek menghisap kuat dan terkoordinasi, reflek rooting
 Refleks gag, refleks ekstrusi
 Salivasi minimal atau tidak ada, menangis keras.
i. Leher :
 Pendek, gemuk, biasanya dikelilingi oleh lipatan kulir, reflek leher tonik, refleks neck-righting, refleks otolith righting
j. Dada :
 Diameter anterior posteriordan lateral sama
 Retraksi sternal sedikit terlihat selama inspirasi
 Terlihat prosesusxifoideus pembesaran dada.
k. Paru-paru :
 Pernafasan utamanya adalah pernafasan abdominal
 Reflek batuk tidak ada saat lahir, ada setelah 1-2 hari.
 Bunyi nafas bronchial sama secara bilateral
l. Jantung :
 Apeks: ruang intercostal ke4-5, sebelah lateral batas kiri sternum
 Nada S2 sedikit lebih tajam dan lebih tinggi daripada S1
m. Abdomen :
 Bentuk silindris
 Hepar: dapat diraba 2-3 cm dibawah marjin kostal kanan
 Limpa: puncak dapat diraba pada akhir minggu pertama
 Ginjal: dapat diraba 1-2 cm diatas umbilicaus
 Pusat umbilicus: putih kebiruan pada saat lahir dengan 2 arteri dan 1 vena
 Nadi femoral bilateral sama
n. Genetalia wanita :
 Labia dan klitoris biasanya edema
 Labia minora lebih besar dari labia mayora
 Meatus uretral di belakang klitoris
 Verniks kaseosa di antara labia
 Berkemih dalam 24 jam
o. Genetalia pria :
p. Punggung dan rektum :
 Spina utuh, tidak ada lubang masa, atau kurva menonjol
 Refleks melengkung, batang tubuh
 Wink anal
 Lubang anal paten
 Lintasa mekonium dalam 36 jam
q. Ekstrimitas :
 10 jari kaki dan tangan
 rentang gerak penuh
 punggung kuku merah muda, dengan sianosis sementara segera setelah lahir
 fleksi ekstremitas atas dan bawah
 telapak biasanya datar
 ekstrimitas simetris
 tonus otot sama secara bilateral, terutama tahanan pada fleksi berlawanan
 nadi brakialis bilateral sama.
r. Sistem neuromuskuler:
 Ekstrimitas biasanya mempertahankan derajat fleksi
 Ekstensi ekstrimitas diikuti dengan posisi fleksi sebelumnya.
 Kelambatan kepala saat duduk, tetapi mampu menahan kepala agar tetap tegak walaupun sementara
 Mampu memutar kepala dari satu sisi kesisi lain ketika tengkuran
 Mampu menahan kepala dalam garis horizontal dengan punggung bila tengkurap.

2. Pengkajian usia gestasi
3. Observasi status tidur dan aktivitas
 Tidur regular: 4-5 jam/hari, 10-20 menit/siklus mata tertutup, pernafasan regular, Tak ada gerakan kecuali sentakan tubuh yang tiba-tiba.
 Tidur ireguler: 12-15 jam/hari, 20-45 menit/siklus tidur, mata tertutup, pernafasan tidak teratur, sedikit kedutan pada otot.
 Mengantuk: bervariasi, mata mungkin terbuka, pernafasan ireguler, gerakan tubuh aktif.
 Inaktivitas sadar: 2-3 jam/hari. Berespon terhadap lingkungan dengan gerakan aktif dan mencari obyek pada rentang dekat.
 Terbangun dan menangis: 1-4 jam/hari. Mungkin dengan merengek dan sedikit gerakan tubuh, berlanjut pada menangis keras dan marah serta gerakan ekstrimitas yang tidak terkoordinasi.
4. Observasi perilaku kedekatan orang tua
 Bila bayi dibawa ke orang tua, apakah mereka meraih anak dan memanggil namanya?
 Apakah orang tua membicarakan tentang anaknya dalam hal identifikasi/
 Kapan orang tua menggendong bayi, kontak tubuh seperti apa yang terjadi?
 Ketika bayi bangun, stimulasi apa yang dilakukan?
 Seberapa nyaman keleihatan orang tua dalam merawat bayi?
 Tipe afeksi apa yang ditunjuukan pada bayi baru lahir, seperti tersenyum, membelai, mencium atau menimang?
 Bila bayi rewel, tehnik kenyamanan apa yang dilakukan orang tua?
Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d. mucus berlebihan, posisi tidak tepat
2. Risiko infeksi b.d. kurangnya pertahanan imunologis, faktor lingkungan, penyakit ibu.
3. Hipotermi b.d berada di lingkungan yang dingin/sejuk, pakaian yang tidak memadai, evaporasi kulit di lingkungan yang dingin.
4. Risiko trauma berhubungan dengan ketidakberdayaan fisik
5. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (resiko tinggi) b.d. imaturitas, kurang pengetahuan orang tua.
6. Perubahan oroses keluarga b.d krisis maturasi, kelahiran cukup bulan, perubahan dalam unit keluarga
7. PK Hipoglikemi
Diagnosa keperawatan yang sering muncul
1. bersihkan jalan nafas tidak efektif sampai dengan obstruksi jalan nafas banyaknya mukus.
2. resiko infeksi
3. resiko ketidakseimbangan suhu tubuh dengan faktor resiko paparan dingin/sejuk: perubahan suhu infra uteri ke extra uteri.

Rencana Keperawatan
No Dianogsa Keperawatan Tujuan Intervensi
1. Bersihan jalan nafas tak efektif b.d obstruksi jalan nafas : banyaknya mucus.

Batasan karakteristik :
- Dyspuea
- Cyanosis
- Kelainan suara nafas (kracles)
- Mata melebar
- Produksi sputan
- Gelisah
- Perubahan frekwensi dan irama nafas
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … X 24 jam, klien diharapkan mampu menunjukan jalan nafas yang paten dengan indicator :

Status Respirasi : Patensi Jalan Nafas (0410) :
- Pasien tampak tenang (tidak cemas)
- RR: 30-60X/menit
- Irama nafas teratur
- Pengeluaran sputum pada jalan nafas
- Tidak ada suara nafas tambahan
- Warna kulit kemerahan Manajemen Jalan Nafas (3140) :
1. Buka jalan nafas
2. Posisikan klien untuk memak-simalkan ventilasi
3. Identifikasi klien perlunya pema-sangan alat jalan nafas buatan
4. Keluarkan sekret dengan suction
5. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
6. Monitor respirasi dan ststus O2

Suction Jalan Nafas (3160) :
1. Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning
2. Informasikan pada keluarga tentang suctioning
3. Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suction nasotracheal
4. Gunakan alat yang steril setiap melakukan tindakan
5. Berikan waktu istirahat pada klien setelah kateter dikeluarkan dari naso trakeal
6. Hentikan suction dan berikan O2 jika klien menunjukan bradikadi, peningkatan saturasi O2, dll.
2. Resiko infeksi

Batasan karakteristik:
- Prosedur invasif
- Malnutrisi
- Ketidakadekuatan imun buatan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…X 24 jam, pasien diharapkan terhindar dari tanda dan gejala infeksi dengan indicator :
Status Imun (0702) :
- RR : 30-60X/menit
- Irama napas teratur
- Suhu 36-37˚ C
- Integritas kulit baik
- Integritas nukosa baik
- Leukosit dalam batas normal


Mengontrol Infeksi (6540) :
1. Bersihkan box / incubator setelah dipakai bayi lain
2. Pertahankan teknik isolasi bagi bayi ber-penyakit menular
3. Batasi pengunjung
4. Instruksikan pada pengunjung untuk cuci tangan sebelum dan sesudah berkunjung
5. Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
6. Cuci tangan sebelum dan sesudah mela-kukan tindakan keperawatan
7. Pakai sarung tangan dan baju sebagai pelindung
8. Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
9. Ganti letak IV perifer dan line kontrol dan dressing sesuai ketentuan
10. Tingkatkan intake nutrisi
11. Beri antibiotik bila perlu.

Mencegah Infeksi (6550)
1. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
2. Batasi pengunjung
3. Skrining pengunjung terhadap penyakit menular
4. Pertahankan teknik aseptik pada bayi beresiko
5. Bila perlu pertahankan teknik isolasi
6. Beri perawatan kulit pada area eritema
7. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, dan drainase
8. Dorong masukan nutrisi yang cukup
9. Berikan antibiotik sesuai program
3. Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d faktor resiko paparan dingin / sejuk : perubahan suhu intrauteri ke extrauteri.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…X 24 jam diharapkan klien terhindar dari ketidak-seimbangan suhu tubuh dengan indicator :
Termoregulasi Neonatus (0801) :
- Suhu axila 36-37˚ C
- RR : 30-60 X/menit
- HR 120-140 X/menit
- Warna kulit merah muda
- Tidak ada distress respirasi
- Hidrasi adekuat
- Tidak menggigil
- Bayi tidak gelisah
- Bayi tidak letargi

Mengatur temperature (3900) :
1. Monitor temperatur klien sampai stabil
2. Monitor nadi, pernafasan
3. Monitor warna kult
4. Monitor tanda dan gejala hipotermi / hipertermi
5. Perhatikan keadekuatan intake cairan
6. Pertahankan panas suhu tubuh bayi (missal : segera ganti pakaian jika basah)
7. Bungkus bayi dengan segera setelah lahir untuk mencegah kehilangan panas
8. Jelaskan kepada keluarga tanda dan gejala hipotermi / hipertermi
9. Letakkan bayi setelah lahir di bawah lampu sorot / sumber panas
10. Jelaskan kepada keluarga cara untuk mencegah kehilangan panas / mencegah panas bayi berlebih
11. Tempatkan bayi di atas kasur dan berikan selimut.
DAFTAR PUSTAKA

_________, 1985, Buku Kuliah 1, Ilmu Kesehatan Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jakarta.

IOWA Outcomes Project, Nursing Outcomes Classification (NOC), Edisi 2, 2000, Mosby

IOWA Outcomes Project, Nursing Interventions Classification (NIC), Edisi 2, 2000, Mosby

Nelson, 1992, Ilmu Kesehatan Anak, Bagian 2, EGC, Jakarta

Pusponegoro.H.D., dkk, 2004, Standar Pelayanan Medis Kesehatan anak, Edisi I, Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Ralph & Rosenberg, 2003, Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2005-2006, Philadelphia USA

Wong, 2003, Keperawatan Pediatrik, EGC, Jakarta

Carpenito, rencana Asuhan dan dokumentasi Keperawatan, Edisi 2, 1995, EGC, Jakarta

Noer. S., Waspadji.S., Rachman.M., Lesmana.L.A, Widodo.D., Isbagio.I., Alwi.I., Husodo.U.B.,1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

PROPOSAL BERMAIN PADA ANAK

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bermain merupakan kebutuhan anak seperti halnya kasih sayang, makanan, perawatan, dan lain-lainnya, karena dapat memberi kesenangan dan pengalaman hidup yang nyata. Bermain juga merupakan unsur penting untuk perkembangan anak baik fisik, emosi, mental, sosial, kreativitas serta intelektual. Oleh karEna itu bermain merupakan stimulasi untuk tumbuh kembang anak.

Terapi bermain adalah suatu bentuk permainan yang direncanakan untuk membantu anak mengungkapkan perasaannya dalam menghadapi kecemasan dan ketakutan terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan baginya. Bermain pada masa pra sekolah adalah kegiatan serius, yang merupakan bagian penting dalam perkembangan tahun-tahun pertama masa kanak-kanak. Hampir sebagian besar dari waktu mereka dihabiskan untuk bermain (Elizabeth B Hurlock, 1999: 121). Dalam bermain di rumah sakit mempunyai fungsi penting yaitu menghilangkan kecemasan, dimana lingkungan rumah sakit membangkitkan ketakutan yang tidak dapat dihindarkan (Sacharin, 1993: 78).

Hospitalisasi biasanya memberikan pengalaman yang menakutkan bagi anak. Semakin muda usia anak, semakin kurang kemampuannya beradaptasi, sehingga timbul hal yang menakutkan. Semakin muda usia anak dan semakin lama anak mengalami hospitalisasi maka dampak psikologis yang terjadi salah satunya adalah peningkatan kecemasan yanng berhubungan erat dengan perpisahan dengan saudara atau teman-temannya dan akibat pemindahan dari lingkungan yang sudah akrab dan sesuai dengannya (Whaley and Wong, 1995).

Anak-anak dapat merasakan tekanan (stress) pada saat sebelum hospitalisasi, selama hospitalisasi, bahkan setelah hospitalisasi, karena tidak dapat melakukan kebiasaannya bermain bersama teman-temannnya, lingkungan dan orang-orang yang asing baginya serta perawatan dengan berbagai prosedur yang harus dijalaninya terutama bagi anak yang baru pertama kali di rawat menjadi sumber utama stress dan kecemasan / ketakutan (Carson, dkk, 1992: 1139). Hospitalisasi merupakan masalah yang dapat menyebabkan terjadinya kecemasan bagi anak. Dengan demikian berarti menambah permasalahan baru yang bila tidak ditanggulangi akan menghambat pelaksanaan terapi di rumah sakit.

Pemberian terapi bermain ini dapat menunjang tumbuh kembang anak dengan baik. Pada kenyataannya tidak semua anak dapat melewati masa kanak-kanaknya dengan baik, ada sebagian yang dalam proses tumbuh kembangnya mengalami gangguan kesehatan. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut diatas, maka perlu adanya program terapi bermain di rumah sakit khususnya di ruang perawatan anak, sehingga diharapkan asuhan keperawatan dapat menunjang proses penyembuhan.

BAB II
LANDASAN TEORI

1. Bermain usia pra-sekolah
Aktivitas :
Aktivitas yang dianjurkan untuk perkembangan fisik :
 Memberikan ruang untuk anak untuk berlari, melonjat, dan memanjat
 Ajarkan anak untuk berenang
 Ajarkan olah raga dan aktivitas yang sederhana

Aktivitas yang dianjurkan untuk perkembangan sosial :
 Anjurkan berinteraksi dengan anak-anak tetangga
 Halangi anak bila ia menjadi destruktif
 Daftarkan anak ke sekolah khusus untuk anak-anak pra-sekolah

Aktivitas yang dianjurkan untuk perkembangan mental dan kreativitas :
 Anjurkan usaha yang kreatif dengan bahan mentah
 Membaca cerita
 Pantau tontonan tv
 Hadirkan theater dan budaya lainnya yang sesuai dengan usia anak
 Ajak anak berjalan-jalan sejenak ke taman, pantai, dan museum

Mainan :
Mainan yang dianjurkan untuk perkembangan fisik :
 Papan jungkat-jungkit
 Prosotan dengan tinggi sedang
 Ayunan yang dapat diatur

 Kendaraan untuk dikendarai
 Sepeda roda tiga
 Mengarungi kolam
 Kereta sorong
 Kereta luncur
 Wagon
 Rollers skates

Mainan yang dianjurkan perkembangan sosial :
 Rumah mainan yang berukuran anak
 Piring dan meja
 Papan setrika dan setrikanya
 Mesin kasir dan mesin tulis mainan
 Truk, mobil, kereta, pesawat
 Baju-baju mainan untuk berdandan
 Peralatan dokter dan perawat
 Paku, palu, gergaji mainan
 Alat-alat berdandan, alat tata rias dan alat cukur mainan

Mainan yang dianjurkan untuk perkembangan mental dan kreativitas :
 Buku-buku
 Puzzle-jigsaw
 Mainan bermusik (xylophone, piano, drum, terompet)
 Mewarnai gambar
 Gunting tumpul, lem, dan kertas tempel
 Kertas koran, krayon, cat poster, kuas besar
 Mainan bermusik dan berirama
 Papan flannel dan secarik kain yang berwarna dan berbentuk
 Fregumed berbentuk geometrik (berwarna)
 Rekaman dan tape
 Papan tulis dan kapur berwarna
 Rangkaian konstruksi kayu dan plastik
 Kaca pembesar dan magnet

2. Fungsi bermain
Bermain / aktifitas fisik secara umum berfungsi :
a. Merangsang hormon pertumbuhan, nafsu makan, metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein
b. Merangsang pertumbuhan otot dan tulang
c. Merangsang perkembangan
d. Mempengaruhi pengetahuan anak
e. Menghibur anak-anak
f. Menghilangkan kebosanan

Fungsi bermain sesuai tumbuh kembang anak :
a. Perkembangan sensori motorik
 Memperbaiki keterampilan motorik kasar dan halus serta koordinasi
 Meningkatkan perkembangan semua indera
 Mendorong perkembangan pada sifat fisik
 Memberikan pelampiasan kelebihan energi

b. Perkembangan Intelektual
 Memberikan sumber-sumber yang beraneka ragam untuk pembelajaran
 Eksplorasi dan manipulasi bentuk, ukuran, tekstur, warna
 Pengalaman dengan angka
 Kesempatan untuk mempraktekkan dan memperluas keterampilan berbahasa
 Memberikan kesempatan untuk melatih pengalaman masa lalu dalam upaya mengasimilasinya kedalam persepsi hubungan baru
 Membantu anak untuk memahami dunia dimana mereka hidup dan membedakan antara fantasi dan realita

c. Perkembangan sosialisasi dan moral
 Mengajarkan peran orang dewasa, termasuk perilaku peran seks
 Memberikan kesempatan untuk menguji hubungan
 Mengembangkan keterampilan sosial
 Mendorong interaksi dan perkembangan sikap yang positif terhadap orang lain
 Menguatkan pola perilaku yang telah disetujui

d. Kreativitas
 Memberikan saluran ekspresif untuk ide dan minat yang kreatif
 Memungkinkan fantasi dan imajinasi
 Mengembangkan minat dan bakat

e. Kesadaran diri
 Memudahkan perkembangan identitas diri
 Mendorong pengaturan perilaku sendiri
 Memungkinkan pengujian pada kemampuan sendiri (keahlian sendiri) memberikan perbandingan antara kemampuan sendiri dengan kemampuan orang lain
 Memungkinkan kesempatan untuk belajar bagaimana perilaku sendiri dapat mempengaruhi orang lain

f. Nilai Terapeutik
 Memberikan pelepasan stress dan ketegangan
 Memungkinkan ekspresi emosi dan pelepasan impuls yang tidak dapat diterima dalam bentuk yang secara sosial dapat diterima
 Mendorong percobaan dan pengujian situasi yang menakutkan dengan cara yang aman
 Memudahkan komunikasi verbal tidak langsung dan non verbal tentang kebutuhan, rasa takut dan keinginan.
BAB III
TERAPI KREATIVITAS


A. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah diberikan terapi bermain, diharapkan kreativitas anak-anak berkembang baik dan dapat membantu mengurangi tingkat kecemasan atau ketakutan yang dirasakan oleh anak-anak akibat hospitalisasi
2. Tujuan khusus
Setelah mengikuti terapi kreatifitas 90% anak-anak diharapkan mampu :
1) Memilih dan menggunting gambar yang telah dipilih
2) Mengoleskan lem pada balik gambar yang telah dipotong
3) Menentukan dan menempel gambar pada tempat yang telah ditentukan.

B. Sasaran
Sasaran terapi kreativitas ini adalah anak-anak usia pra-sekolah (4-6 thn) yang dirawat di ruang perawatan anak (R. Kemuning-RSAM), berjumlah 5 anak dengan kriteria :
1. Tidak bedrest total
2. Tidak kejang
3. Tidak panas/bebas demam
4. Bersedia mengikuti permainan/terapi

C. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Tempat : Ruang perawatan anak, R. Kemuning – RSAM.
Hari/Tgl : Minggu, 19 Agustus 2007
Pukul : 12.30 – 13.30 WIB
D. Setting Tempat

Keterangan :
☺ = Leader
☻ = Co Leader
 = Anak-anak
 = Fasilitator
☼ = Observer

E. Metode
Metode yang digunakan adalah :
 Ceramah
 Demonstrasi
 Tanya jawab

F. Jenis Permainan
Menggunting dan menempel gambar pada tempat yang telah disediakan.

G. Teknis Permainan
1. Leader membuka dan menutup kegiatan terapi kreativitas.
2. Co Leader dibantu oleh fasilitator memberi pengarahan dan mempraktekkan cara bermain di depan anak-anak.
3. Cara bermain :
Gambar dan peralatan menempel dibagikan kepada masing-masing anak.
Lalu anak dibimbing untuk menggunting gambar dan menempelkannya pada gambar yang telah disediakan.
Jika gambar telah terbentuk kembali anak disuruh mengacungkan jari tanda selesai
Peserta yang dinyatakan menang adalah peserta yang telah menyelesaikan lebih dulu dari peserta lainnya, dengan hasil yang baik dan benar.

H. Struktur Organisasi
1. Leader : P. Tri Husodo
Bertanggung jawab terhadap terlaksananya terapi kreativitas, yaitu membuka dan menutup kegiatan ini.
2. Co Leader : Yeni Dwi Susiyati
Menjelaskan pelaksanaan dan mendemonstrasikan terapi kreativitas.
3. Fasilitator : Erma Suryani, Lilis Pujiati, Marlia Rantawati, Tri Wijayanto, Suparmi.
Mempersiapkan alat dan tempat permainan serta mendampingi setiap peserta dalam mengikuti terapi kreativitas.
4. Observer : Suwoyo
Memfasilitasi pelaksanaan terapi bermain; terapi kreativitas dan mengamati, mencatat jalannya terapi kreativitas.
PENUTUP
Bermain merupakan aktivitas yang dilakukan tanpa paksaan, tidak dapat dilepaskan dari kehidupan anak dan merupakan salah satu sarana untuk stimulasi tumbuh kembang anak agar dapat bertumbuh dan berkembang secara optimal. Hasil akhir dari terapi kreativitas (bermain) yang dilakukan di ruang perawatan anak (R. Kemuning) ini diharapkan dapat meningkatkan daya kreativitas anak, menurunkan kecemasan, dan anak mampu beradaptasi lebih efektif terhadap stres karena hospitalisasi, selain itu juga dapat menghilangkan kebosanan dan memberikan kegembiraan pada anak, dengan demikian proses asuhan keperawatan dapat terlaksana dengan baik.