Kamis, 20 Oktober 2011

KEHAMILAN

KEHAMILAN

A. Pembuahan, nidasi dan plasentasi
Syarat terjadinya kehamilan adalah harus adanya sperma, ovum, pembuahan ovum (fertilisasi/konsepsi) oleh sperma dan nidasi hasil konsepsi tersebut.

1. Sperma
Dalam pertumbuhan embrional sperma bersasal dari sel-sel primitif tubulus-tubulus testis. Setelah janian dilahirkan, jumlah spermatogonium yang ada tidak mengalami –perubahan hingga masa pubertas tiba. Pada masa pubertas sel-sel spermatogonium tersebut dibawah pengaruh sel-sel interstisisal leydig mulai aktif mengadakan mitosis dan terjadilah spermatogenesis yang amat kompleks tersebut. Tiap spermatogonium membelah dua dan menghasilkan spermatosit pertama, dimana spermatosit pertama ini membelah dua menjadi spermatosit kedua, spermatosit kedua membelah lagi tetapi dengan hasil bahwa dua spermatid masing-masing memiliki jumlah kromosom setengah dari jumlah yang khas untuk jenis itu. Dari spermatid ini kemudian tumbuh menjadi spermatozoon.

2. Ovum
Pertumbuhan embrional oogonium yang kelah menjadi ovum terjadi di genital ridge, dan di dalam kandungan jumlah oogonium bertambah terus sampai pada kehamilan enam bulan. Pada waktu dilahirkan, bayi mempunyai sekurang-kurangnya 750.000 oogonium, jumlah ini berkurang akibat pertumbuhan dan degenerasi folikel-folikel. Pada umur 6 – 15 tahun ditemukan 439.000, pada usia 16 – 25 tahun hanya 34.000, pada menopause semua akan menghilang.
Sebelum janian dilahirkan, sebagaian besar oogonium mengalami perubahan-perubahan pada nukleusnya, terjadi juga migrasi daro oogonium-oogonium ke arah kortek ovarii, hingg pada waktu dilahirkan kortek ovarii terisi dengan promordial ovarian follicles. Padanya dapat terlihat bahwa kromozomnya telah berpasangan, DNAnya berduplikasi, yang berarti bahwa sel menjadi tetraploid. Perteumbuhan selanjutnya terhenti oleh sebab yang belum diketahui sampai folikel itu terangsang dan berkembang lagi ke arah kematangan. Sel yang terhenti dalam profase meiosis dinamakan oosit pertama. Oleh rangsangan FSH meiosis (pembelahan ke arah kematangan) terjadi terus, benda kutub (polar body) pertama disisihkan dengan hanya sedikit sitoplasma, sedangkan oosit ke dua ini berada di dalam sitopalsama yang cukup banyak.
Proses pembelahan ini terjadi sebelum ovulasi, proses ini disebut pematangan pertama ovum; pematangan ke dua ovum terjadi ketika spermatozoon membuahi ovum.

3. Pembuahan
Jutaan spermatozoon dikeluarkan di forniks vagina dan di sekitar porsio pada waktu koitus, hanya beberapa ratus ribu spermatozoon yang dapat meneruskan perjalanan ke kavum uteri dan tuba, dan hanya beberapa ratus yang dapat sampai ke bagian ampulla tuba dimana spermatozoon dapat memasuki ovum yang telah siap dibuahi dan hanya satu spermatozoon yang mempunyai kemapuan untuk membuahi ovum tersebut. Pada apermatozoon ini ditemukan peningkatan konsentrasi DNA di nukleusnya dan kaputnya lebih mudah menembus oleh karena diduga dapat melepaskan hialuronidase.
Ovum yang dilepaskan oleh ovarium disapu oleh mikrofilamen-mikrofilamen fimbria infundibulum ke arah ostium tuba abdominale dan disalurkan terus kearah medial. Ditengah-tengahnya dijumpai nukleus yang berada dalam metafase dalam pembelahan pematangan ke dua, terapung-apung dalam sitoplasma yang kekuning-kuningan yakni vitellus, vitellus ini banyak mengandung zat hidrat arang dan asam amino.
Ovum dilingkari oleh zona pellusida, di luar zina pellusida ini ditemukan sel-sel korona radiata, dan didalamnya terdapat ruang perivitellina, tempat benda-benda kutub. Bahan –bahan dari sel-sel korona radiata dapat disalurkan ke ovum melalui saluran-saluran halus di zona pellusida. Jumlah sel-sel korona radiata di dalam perjalanan ovum di ampulla tuba makin berkurang, hingga ovum hanya dilingkari oleh zona pellusida pada waktu berada di dekat perbatasan ampulla dan ismus tuba, tempat umumnya pembuahan terjadi. Hanya satu spermatozoon yang telah mengalami kapasitasi, dapat melintasi zona pellusida masuk ke vitellus, sesudah itu zona pellusida segera mengalami perubahan dan mempunyai sifat tidak dapat dilintasi oleh spermatozoon lainnya. Spermatozoon yang telah memasuki vitellus kehinlangan membran nukleusnya, yang tinggal hanya pronukelusnya. Masuknya spermatozoon ke vitellus membangkitkan nukleus ovum yang masih dalam metafase untuk pembelahan-pembelahannya. Sesudah anafase kemudian timbul telofase dan benda kutub (polar body) kedua menuju keruang polivitellina. Ovum sekarang hanya mempunyai pronukleus yang haploid. Pronukleus spermatozoon telah mengandung juga jumlah kromozom yang haploid.
Kedua pronuklei dekat mendekati dan bersatu membentuk zigot yang terdiri atas bahan genetika dari wanita dan pria. Pada manusia terdapat 46 kromozom, terdiri dari 44 kromozom otosom dan 2 kromozom kelamin; pada pria satu X dan satu Y. setelah pembelahan kematangan maka ovum matang mempunyai 22 kromozom otosom serta satu kromozom X, dan satu spermatozoon mempunyai 22 kromozom otosom serta 1 kromozom X atau 22 kromozom otosom serta 1 kromozom Y. zigot hasil pembelahan yang mempunyai 44 kromozom serta dua kromozom X akan tumbuh sebagai seorang janin wanita sedangkan kalau mempunyai 44 kromozom serta 1 kromozom Y akan menjadi seorang janian laki-laki.
Dalam beberapa jam setelah pembuahan terjadi, mulailah pembelahan zigot, hal ini berlangsung oleh karena sitoplasma ovum mengandung banyak zat asam amino dan enzim. Segera setelah pembelahan terjadi, maka pembelahan-pembelahan selanjutnya berjalan dengan lancar, dan dalam 3 hari terbentuk suatu kelompok sel-sel yang besarnya sama. Hasil konsepsi berada dalam stadium morula. Energi untuk pembelahan ini diperoleh dari vitellus, hingga volume vitellus makin berkurang dan terisi seluruhnya oleh morula. Dengan demikina zona pellusida tetap utuh, atau dengan perkataan lain beasarnya hasil konsepsi tetap sama, kemudian hasil konsepsi ini akan disalurkan terus ke pars ismika dan pars interstisialis tuba (bagian-bagian tuba yang sempit) dan terus ke arah kavum uteri oleh arus serta getaran silia pada permukaan sel-sel tuba dan kontraksi tuba. Dalam kavum uteri hasil konsepsi mencapai stadium blastula.

4. Nidasi
Pada stadium blastula ini sel-sel yang lebih kecil yang membentuk dinding-dinding blastula akan menjadi trofoblas. Dengan demikian, blastula diselubungi oleh suatu simpai yang disebit trofoblas. Trofoblas yang mempunyai kemampuan untuk menghancurkan dan mencairkan jaringan menemukan endometrium dalam masa sekresi, dengan sel-sel desidua. Sel-sel desidua ini beasr-besar dan mengandung lebih banyak glikogen serta mudah dihancurkan oleh trofoblas. Balstula dengan bagian yang mengandung inner-cell mass aktif mudah masuk ke dalam lapisan desidua, dan luka pada desidua kemudian menutup kembali. Kadang-kadang pada saat nidasi yakni masuknya ovum ke dalam endometrium terjadi perdarahan sedikit pada luka desidua (tanda Hartman).Umumya nidasi terjadi di dinding depan atau belakang uterus, dekat pada fundus uteri, jika nidasi ini terjadi, barulah disebut adanya kehamilan. Lapisan desidua yang meliputi hasil konsepsi kearah kavum uteri disebut desidua kapsularis; yang terletak antara hasil konsepsi dan dinding uterus disebut desidua basalis; disitu plasenta akan dibentuk. Desidua yang meliputi dinding uterus yang lain adalahdesidua parietalis. Hasil konsepsi sendiri diselubungi oleh jonjot-jonjot yang dinamakan villi koriales dan bengrpangkal pada korion. Bila nidasi telah terjadi, mulailah diferensiasi sel-sel blastula, sel-sel yang lebih kecil, yang dekat dengan ruang eksoselom membentuk entoderm dan yolc sac, sedangkan sel-sel yang lebih besar menjadi ektoderm dan membentuk ruang amnion. Dengan ini di dalam blastula terdapat suatu embryonal plate yang dibentuk antara dua ruangan, yakni ruang amnion dan yolk sac.
Sel-sel fibrolas mesodermal tumbuh disekitar embrio dan melapisi pula sebelah dalam trofoblas. Dengan demikian terbentuk choroinic membrane yang kelak menjadi korion. Trofoblas yang amat hiperplastik itu tumbuh tudak sama tebalnya dan dalam dua lapisan. Di sebelah dalam dibentuk lapisan sitotrofoblas (terdiri atas sel-sel yang monokleus) dan disebelah luar lapisan sinsisiotrofoblast terdiri atas nukleus-nukleus, tersebar tak rata dalam sitoplasma.
Selain iti villi koriales yang berhubungan dengan desidua basalis tumbuh dan bercabang-cabang dengan baik, di sini korion disebut korion frondosum. Yang berhubungan dengan desidua kapsularis kurang mendapatkan makanan, karena hasil konsepsi bertumbuh ke arah kavum uteri sehingga lambat laun menghilang; korion yang gundul disebut korion laeva.
Dalam tingkat nidasi trofoblas antara lain menghasilkan hormon human corionic gonadotropin dimana produksinya meningkat sampai kurang lebih hari ke 60 kehamilan untuk kemudian turun lagi, diduga fungsi HcG ini adalah mempengaruhi korpus luteum untuk tumbuh terus, dan menghasilkan terus progesteron, sampai plasenta dapat membuat cukup progesteron sendiri, adanya hormon ini juga menunjukan adanya kehamilan, dan biasanya ditemukan dalam air kencing wanita yang menjadi hamil.
Pertumbuhan embrio terjadi dari embryonal plate yang selanjutnya terdiri dari ata tiga unsur lapisan yaitu sel-sel ektoderm, mesoderm dan entoderm, sementara ruang amnion tumbuh cepat dan mendesak eksoselom; akhirnya dinding ruang amnion mendekati korion. Mesoblas antara ruang amnion dan embrio menjadi padat, dinamakan body stalk dan merupakan hubungan antara embrio dan dinding trofoblas, body stalk menjadi tali pusat. Di tali pusat terdapat pembuluh-pembuluh darah sehingga disebut juga vascular sac. Dari perkembangan ruang amnion dapat dilihat bahwa bagian luar tali pusat berasal dari lapisan amnion, dan di dalamnya terdapat jaringan lembek yang disebut selei Wharton, yang berfungsi melindungi arteria umbilikalis dan 1 vena umbilikalis yang berada di tali pusat. Kedua arteri dan satu vena tersebut menghubungkan satu sistem cardiovaskular janin dan plasenta, dimana sistem cardiovaskular janin terbentuk pada kira-kira minggu ke 10, organogenesis diperkirakan selesai pada minggu ke 12 dan disusul oleh masa fetal dan perinatal. Darah ibu dan janin dipisahkan oleh dinding pembuluh darah janin dan lapisan korion.

B. Plasenta dan likuor amnni
Plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15 sampai 20 cm dan teballebih kurang 2,5 cm. beratnya rata-rata 500 gram. Tali pusat berhubungan dengan plasenta biasanya di tengah; keadaan ini disebut insersio sentralis. Bila hubungan ini agak ke pinggir disebut insersio lateralis dan bila dipinggir plasenta disebut insersio marginalis. Kadang-kadang tali pusat berada di luar lapisan plasenta dan hubungan dengan plasenta melalui selaput janin, hal ini disebut insersio velamentosa. Umumnya plasenta terbentuk lengkap pada kehamilan kurang lebih 16 minggu dengan ruang amnion telah mengisi seluruh kavum uteri. Meskipun ruang amnion membesar sehingga amnion tertekan kearah koroin namun amnion hanya menempel saja, tidak sampai melekat pada korion. Letak plasenta umumnya di depan atau belakang dinding uterus, agak ke atas ke arah fundud uteri. Hal ini adalah fisiologis karena permukaan bagian atas korpus uteri lebih luas sehingga lebih banyak ruang untuk berimplantasi, plasenta berasal dari segaian besar janin yaitu villi koriales yang berasal dari korion dan segaian kecil dari bagian ibu yang berasal dari desidua basalis.
Darah ibu yang berada di ruang interviller berasal dari spiral arteries yang berada di desidua basalis. Pada sitole darah dengan tekanan 70 – 80 mmHg disemprotkan ke dalam ruang interviller sampai mencapai corionic plate, pangkal dari kotiledon-kotiledon janin. Darah tersebut membasahi semua villi koriales dan kembali perlahan-lahan dengan tekanan 8 mmHg ke vena-vena di desidua.
Di tempat-tempat tertentu pada implantasi plasenta terdapat vena-vena yang lebar (sinus) untuk menampung darah kembali. Pada pinggir plasenta di beberapa tempat terdapat pula suatu ruang vena yang luas untuk menampung darah yang berasal dari ruang intervillier diatas disebut sinus marginalis. Darh ibu yang mengalir di seluruh plasenta diperkirakan naik dari 300 ml tiap menit pada kehamilan 20 minggu sampai 600 ml tiap menit pada kehamilan 40 minggu. Seluruh ruang interviller tanpa villi koriales mempunyai volume kurang lebih 150 – 250 ml. permukaan semua villi koriales diperkirakan seluas 11 m² , hal ini yang menjamin pertukaran zat-zat makanan.
Fungsi plasenta adalah mengusahakan janin tumbuh dengan baik, dimana untuk pertumbuhan ini diperlukan adanya penyaluran zat asam, asam amino, vitamin dan mineral dari ibu ke janin, dan pembuangan CO2 serta sampah metabolisme janin ke peredaran darah ibu, dari hal tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa fungsi plasenta adalah sebagai alat yang memberi makanan pada janin, sebagai alat yang mengeluarkan sisa metabolisme, sebagai alat yang memberi zat asam dan mengeluarkan CO2 9respirasi), sebagai alat pembentuk hormon, sebagai alat menyalurkan antibodi ke janin, dan hal-hal lain yang belum diketahui.
Di dalam ruang yang diliputi oleh selaput janin yang terdiri dari lapisan amnion dan korion terdapat liquor amnii/cairan ketuban, volumenya pada wanita hamil cukup bulan sekitar 1000 – 1500 ml; warna putih, agak keruh, serta mempunyai bau yang khas, agak amis dan manis, berat jenis 1,008 terdiri ata 98 % air dan sisanya adalah garam anorganik serta bahan organik, mikroskopis juga terdapat lanugo, sel-sel epitel dan verniks kaseosa, protein juga ditemukan rata-rata 2,6 % gram per liter, sebagina besar sebagai albumin. Terdapatnya lesitin dan sfingomielin amat penting untuk mengetahui apakah janin mempunyai paru-paru yang sudah siap untuk berfungsi, dengan peningkatan kadar lesitin permukaan alveolus paru-paru diliputi oleh suatu zat yang dinamakan surfactan dan merupakan syarat untuk berkembangnya paru-paru untuk bernapas.
Ketuban mempunyai fungsi melindungi janin terhadap trauma dari luar, memungkinkan janin bergerak bebas, melindungi suhu tubuh janin, meratakan tekanan di dalam uterus pada partus sehingga serviks membuka, membersihkan jalan lahir - jika ketuban pecah – dengan cairan steril dan mempengaruhi keadaan di dalam vagina, sehingga bayi kurang mengalami infeksi.

C. Persalinan
1. Fisiologi persalinan
Partus adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar :
a) Partus immaturus adalah partus yang terjadi pada kehamilan lebih dari 20 minggu kurang dari 28 minggu dengan berat janin antara 500 – 1000 gram.
b) Partus prematurus adalah partus dari hasil konsepsi yang dapat hidup tetapi belum a term (cukup bulan), berat janin antara 1000 – 2500 gram atau tua kehamilan antara 28 minggu sampai 36 minggu.
c) Partus post maturus atau serotinus adalah partus yang terjadi 2 minggu atau lebih dari waktu partus yang diperkirakan.
d) Abortus adalah terhentinya kehamilan sebelum janin viabel, berat janin di bawah 500 gram atau tua kehamilan di bawa 20 minggu.
e) Partus luar biasa atau partus abnormal ialah bila bayi dilahirkan pervaginam dengan cunam, atau ekstrator vakum, versi dan ekstrasi, dekapitasi, embriotomi dsb.

2. Sebab-sebab mulainya persalinan
Sebab terjadinya partus sampai kini masih merupakan teori-teori yang kompleks, faktor humoral, pengeruh prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi uterus, pengaruh sraf dan nutrisi disebut sebagai faktor-faktor yang mengakibatkan partus. Perubahan-perubahan dalam biokimia dan biofisika banyak mengungkapkan mulai terjadinya dan berlangsungnya partus, antara lain penurunan kadar progesteron dan estrogen, dimana progesteron diketahui sebagai penenang otot-otot uterus. Menurunnya kadar hormon ini terjadi kira-kira 1-2 minggu sebelum partus dimulai. Kadar prostaglandin dalam kehamilan dari minggu ke 15 hingga a term meningkat, terlebih waktu partus.
Seiring dengan bertambahnya umur kehamilan maka plasentapun akan “menjadi tua” sehinga villi koriales mengalami perubahan-perubahan sehingga kadar estrogen dan progesteron menurun.
Keadaan uterus yang terus-meneur membesar dan menjadi tegang mengakibatkan iskemia otot-otot uterus, hal ini mungkin menjadi faktor yang dapat mengganggu vaskularisasi uteroplasenter sehingga plasenta mengalami degenerasi, berkurangnya nutrisi juga diduga menyebabkan hasil konsepsi akan segera dikeluarkan (teori berkurangnya nutrisi Hippocrates), faktor lain yang diperkirakan berpengaruh adalah tekanan pada ganglion servikale dari pleksus Frankenhauster yang terletak dibelakang serviks, bila ganglion ini tertekan maka kontraksi uterus dapat dibangkitkan.

3. Berlangsungnya persalinan normal
Partus dibagi dalam 4 kala, kala I serviks membuka sampai terjadi pembukaan 10 cm. kala ini dinamakan kala pembukaan, kala II disebut juga sebagai kala pengeluaran oleh karena berkat kekuatan his dan kekuatan mengedan ibu maka janin didorong keluar sampai lahir, kala III adalah kala uri plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan, kala IV mulai dari lahirnya plasenta dan lamanya 1 jam, pada kala ini iamati apakah terdapat perdarahan post partum.

a. Kala I
Klinis dapat dinyatakan partus dimulai bila timbul his dan waita tersebut mengeluarkan lendir bersemu darah (bloody show), lendir ini berasal dari lendir kanalis servikalis karena cerviks mulai membuka atau mendatar, sedangkan darahnya berasal dari pembuluh darah-pembuluh darah kapiler yang berada disekitar kanalis servikalis yang pecah karena pergeseran-pergeseran ketika serviks membuka.
Proses membukanya serviks sebagai akibat dari his dibagib menjadi 2 fase :
1) Fase laten : berlangsung selama 8 jam, pembukaan dapat terjadi sangat lambat sampai mencapai ukuran 3 cm.
2) Fase aktif : dibagi dalam 3 fase yaitu :
a) Fase akselerasi, dalam waktu 2 jam pembukaan 3 menjadi 4 cm.
b) Fase dilatasi maksimal, dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.
c) Fase deselerasi, pembukan menjadi lambat kembali, dalam waktu 2 jam dari pembukaan 9 cm menjadi pembukaan lengkap.
Fase-fase tersebut diatas dijumpai pada primigravida. Pada multi gravidapun terjadi demikian tetapi fase laten, fase aktif dan fase deselerasi terjadi lebih pendek. Kala I selesai jika pembukaan telah lengkap, pada primigravida kala I berlangsung kira-kira 13 jam, sedangkan pada multipara kira-kira 7 jam.

Kemajuan persalinan kala I :
 Temuan berikut menunjukan kemajuan yang cukup baik pada persalinan kala I :
- Kontraksi teratur yang progresif dengan peningkatan frekuensi dan durasi.
- Kecepatan pembukaan serviks paling sedikit 1 cm per jam selama persalinan, fase aktif (dilatasi serviks langsung atau disebelak kiri garis waspada).
- Serviks tampak dipenuhi oleh bagian bawah janin.

 Kemajuan yang kurang baik :
- Kontraksi yang tidak teratur dan tidak sering setelah fase laten.
- Atau kecepatan pembukaan serviks lebih lambat dari 1 cm per jam selama persalinan fase aktif (dilatasi serviks di sebelah kanan garis waspada).
- Atau serviks tidak dipenuhi oleh bagian bawah janin.

 Kemajuan pada kondisi janin :
- Jika didapati denyut jantung janin tidak normal (kurang dari 100 atau lebih dari 180 kali per menit), curigai adanya gawat janin.
- Posisi atau presentasi selain oksiput anterior dengan verteks fleksi sempurna digolongkan ke dalam malposisi dan malpresentasi.
- Jika didapat kemajuan yang kurang baik atau adanya persalinan yang lama, tangani penyebab tersebut.

 Kemajuan pada kondisi ibu :
Lakukan penilaian tanda-tanda kegawatan pada ibu :
- Jika denyut nadu ibu meningkat, mungkinia sedang mengalami dehidrasi atau kesakitan, pastikan hidrasi baik/cukup, melalui oral atau IV dan berikan analgetik secukupnya.
- Jika tekanan darah ibu menurun curigai adanya perdarahan.
- Jika terdapat aseton dalam urine ibu curigai masukan nutrisi yang kurang, segera berikan dekstrose per IV.

a. Kala II
Pada kala II ini his menjadi lebih kuat dan cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit sekali, pada kala ini biasanya kepala janin sudah masuk ruang panggul, maka pada his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul, yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan, kemudian peroneum mulai menonjol dan menjaadi lebar dengan anus maembuka, labia milai membuka dab tidak lama kemudian kepala janin tampak dalam vulva pada waktu his dan dengan his dan kekuatan mengedan maksimal kepala janin dilahirkan dengan soboksiput di bawah simfisis dan dahi, muka, dan dagu melewati perineum. Setelah istirahat sebentar his mulai lagi untuk mengeluarkan badan dan anggota badan bayi. Pada primigravida kala II berlangsung rata-tara 1,5 jam, pada multi rata-rata 0,5 jam.

Penanganan :
 Memberikan dukungan terus-menerus pada ibu
 Menjaga kebersihan
 Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan atau ketakutan.
 Mengatur posisi ibu senyaman mungkin, jongkok, menungging, tidur miring atau setengah duduk.
 Menjaga kandung kemih tetap kosong, anjurkan ibu untuk berkemih sesering mungkin.
 Memberikan cukup minum.

Kelahiran kepala bayi:
 Mintalah ibu mengedan atau meberikan sedikit dorongan saat kepala bayi lahir.
 Letakan satu tangan ke kepala bayi agar defleksi tidak terlalu cepat.
 Menahan perineum dengan satu tangan lainnya jika diperlukan.
 Mengusap muka bayi untuk membersihkan dari lendir,kotoran,darah.
 Periksa tali pusat, jika mengelilingi leher dan terlihat lpnggar selipkan melalui kepala bayi, jika terlaku ketat, klem tali pusat pada dua tempat kemudian potong di antara klem sambil melindungi kepala bayi.

Kelahiran bahu dan anggota badan seluruhnya
 Biarkan kepala bayi berputar dengan sendirinya.
 Tempatkan kedua tangan pada sisi kepala dan leher bayi.
 Lakukan tarikan lembut ke bewah untuk melahirkan bahu depan.
 Lakukan tarikan lembut keatas untuk melahirkan bahu belakang.
 Selipkan satu tangan kebahu dan lengan bagian belakang bayi sambil menyangga kepala bayi dan selipkan tangan satunya ke punggung bayi untuki mengeluarkan tubuh bayi seluruhnya.
 Letakan bayi tersebut diatas perut ibunya.
 Secara menyeluruh, keringkan tubuh bayi, bersihkan matanya, nilai pernapasan bayi, jika bayi menangis atau bernapas tinggalkan bersama ibunya, jika dalam 30 detik bayi tidak bernapas MINTALAH BANTUAN dan segera resusitasi bayi.
 Klem dan potong tali pusat.
 Pastikan bayi tetap hangat dan memiliki kontak kulit dengan dada ibunya, bungkus bayi dengan kain halus dan kering, tutup dengan selimut dan pastikan bayi terlindung dengan baik untuk menghindari hilangnya panas tubuh.

b. Kala III
Setelah bayi lahir uterus teraba keras dengan fundus uteri agak di atas pusat, beberapa menit kemudian uterus kembali berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya, biasanya plasenta lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri. Penegluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah.

Manajemen aktif kaka III
 Pemberian oksitosin dengan segera.
 Pengendalian tarikan tali pusat.
 Pemijatan uterus segera setelah melahirkan.

c. Kala IV
Kala ini merupakan kala pengawasan, yaitu untuk mengetahui ada perdarahan atau tidak.

Penanganan :
 Periksa fundus uteri setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 20-30 menit selama jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat, masase uterus sampai menjadi keras, apabila uterus berkontraksi otot uterus akan menjepit pembuluh darah untuk menghentikan perdarahan, hal ini dapat mengurangi kehilangan darah dan mencegah perdarahan pasca persalinan.
 Periksa TTV, kandung kemih dan perdarahan setiap 15 menit pada jam pertama dan 30 meit pada jam ke dua.
 Anjurkan ibu untuk minum untuk mencegah dehidrasi.
 Biarkan ibu beristirahat.
 Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan bayi dan ibu.
 Motifasi ibu untuk segera menyusui jika bayi telah siap.
 Ingatkan ibu untuk selalu menjaga kebersihan dirinya dan mencegah terjadinya infeksi.

Selasa, 21 Juni 2011

TUMBANG

TINJAUAN TEORI

TUMBUH KEMBANG ANAK
A. PENGERTIAN
Tumbuh adalah proses bertambahnya ukuran/dimensi akibat penambahan jumlah atau ukuran sel dan jaringan interseluler.
Kembang/perkembangan adalah proses pematangan/maturasi fungsi organ tubuh termasuk berkembangnya kemampuan mental intelegensia serta perlakuan anak.
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan atau keahlian dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses di ferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh organ-organ dan system organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga msing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungan.

B. JENIS TUMBUH KEMBANG
1. Tumbuh kembang fisis meliputi perubahan dalam bentuk besar dan fungsi organisme individu.
2. Tumbuh kembang intelektual berkaitan dengan kepandaian berkomunikasi dan kemampuan menangani materi yang bersifat abstrak dan simbolik seperti berbicara,bermain,berhitung dan membaca.
3. Tumbuh kembang social emosional bergantung kemampuan bayi untuk membentuk ikatan batin,berkasih saying,menangani kegelisahan akibat suatu frustasi dan mengelola rangsangan agresif.

C. FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TUMBUH KEMBANG
1. Faktor Genetik
2. Faktor herediter konstitusional
3. Faktor lingkungan
Lingkungan ini meliputi aspek fisikobiopsikososial yang dapat berupa :
a.Orang tua : hidup rukun dan harmonis,persiaan jasmani,mental,social yang matang pada saat membina keluarga,mempunyai tingkat ekonomo/kesejahteraan yang cukup,cukup waktu untuk memperhatikan,membimbing dan mendidik anak
b.Pelayanan KIA dan KB yang cukup untuk perlindungan kesehatan Ibu dan Anak dengan jaringan dan fasilitas yang memadai dalam tenaga,peralatan,anggaran dan mencakup seluruh populasi.
c.Didaerah perkotaan m,aupun pedesaan diciptakan keadaan yang cukup baik dalam segi-segi : kesehatan,geografis,demografis,social ekonomi.
d.Pendidikan di rumah,sekolah, diluar sekolah dan rumah untuk pembinaan perkembangan emosi, social, moral, etika, tanggung jawab,pengetahuan, ketrampilan dan kepribadian.

D. TAHAP TAHAP TUMBUH KEMBANG
Proses tumbuh kembang dimulai sejak sel telur dibuahi dan akan berlangsung sampai dewasa.
a. Tahap prenatal
 Masa embrio : mulai konsepsi – 8 minggu
 Masa tengah fetus : 9 minggu – 24 minggu
 Masa fetus lanjut : 24 minggu – lahir
b. Tahap postnatal
• Masa neonatal : lahir – 1 bulan
Masa bayi awal : 1 bulan – 1 tahun
• Masa bayi lanjut : 1 tahun – 2 tahun
c. Masa anak (wanita : 2-10 tahun, laki-laki : 2-12 tahun) :
 Masa prasekolah : 2 – 6 tahun
 Masa sekolah : wanita 6 – 10 tahun,laki-laki 6 – 12 tahun
d. Masa remaja (adolesen) : wanita 10-18 tahun, laki-laki 12-20 tahun
 Pra pubertas : wanita 10-12 tahun,laki-laki 10-14 tahun
 Pubertas : wanita 12-14 tahun,laki-laki 14-15 tahun
 Post pubertas :wanita 14-18 tahun,laki-laki 16-20 tahun

E. SKRINING DAN PENGAWASAN TUMBUH KEMBANG
Pengawasan tumbuh kembang anak dilakukan secara kontinue dengan pencatatan yang baik dimulai sejak dalam kandungan (Ante Natal Care) secara teratur dan pengawasan terutama anak balita.
 Untuk pertumbuhan anak dengan pengukuran BB dan TB menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS).
 Untuk perkembangan anak dengan menggunakan DDST (Denver Development Screening Test).

Sedangkan tahap-tahap penilaian perkembangan anak yaitu :
 Anamnesis
 Skrining gangguan perkembangan anak
 Evaluasi penglihatan dan pendengaran anak
 Evaluasi bicara dan bahasa anak
 Pemeriksaan fisik

F. TEORI PERKEMBANGAN MENURUT SIGMUND FREUD
1.Fase Oral : 0 – 1 tahun
Keuntungan : Kepuasaan/kebahagian terletak pada mulut
Mengisap,menelan,memainkan bibir,makan,kenyang dan tidur.
Kerugian : menggigit,mengeluarkan air liur,marah,menangis jika tidak terpenuhi.
2.Fase Anal : 1 – 3 tahun
Keuntungan : belajar mengontrol pengeluran BAB dan BAK,senang melakukan sendiri
Kerugian : jika tidak dapat melakukan dengan baik.
3.Fase Phalic : 3 – 6 tahun
• Dekat dengan orang tua lawan jenis
• Bersaing dengan orang tua sejenis
4.Fase latent : 6 – 12 tahun
• Orientasi social keluar rumah
• Pertumbuhan intelektual dan social
• Banyak teman dan punya group
• Impuls agresivitas lebih terkontrol
5.Fase genital
• Pemustan seksual pada genital
• Penentuan identitas
• Belajar tidak tergantung pada orang tua
• Bertanggung jawab pada diri sendiri
• Intim dengan lawan jenis.
Keuntungan : bergroup
Kerugian : konflik diri,ambivalen.

ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Review kembali catatan medik masalah kesehatan yang berkaitan dengan gangguan pada perkembangan anak
2. Kaji pengetahuan keluarga akan penyakit/masalah yag berkaitan dengan gangguan tumbang anak
3. Tentukan perkembangan anak sesuai umurnya (dengan DDST)
4. Kaji kemampuan fungsional anak yang meliputi kemampuannya dalam makan,mandi,berpakaian,berjalan,memecahkan masalah dan berkomunikasi.
5. Kaji persepsi orang tua kan tingkat perkembangan anak dan pengharapan mereka terhadap anaknya.
6. Kaji tentang hubungan orang tua denagan anak
7. Kaji sumber-sumber yang mendukung seperti tingkat perekonomian keluarga dll yang dapat mendukung perkembangan anak.

B. DIAGNOSE KEPERAWATAN
1. Ketidakmampuan penyesuaian berhubungan dengan kelahiran/diagnosis gangguan perkembangan anak.
2. Perubahan kemampuan peran orang tua berhubungan dengan kesulitan memenuhi dan mengasuh anak.
3. Ketidakefektifan kemampuan anak dalam pola makan b.d ketidakmampuan lidah,kelumpuhan otot dan kelemahan menelan.
4. Perubahan tumbang b.d ketidakmampuan
5. Isolasi social b.d kelainan perkembangan
6. Resiko cedera b.d perkembangan (sesuai dgn tingkat usia perkembangan anak).


DAFTAR PUSTAKA

Wong DL, 1995, Nursing Care Of Infant and Children Fifth Edition,Mosby Year Book,Philadelpia USA.

Mansjoer A, 1999,kapita selekta Kedokteran Jilid II,media Aesculapius FK UI Jakarta

Potter and Perry,1993,Fundamental Of Nursing, Mosby Year Book,Philadelpia USA.

Short JR, 1994 Penyakit anak Jilid 2,Bina Aksara,Jakarta

RESUME KASUS TUMBUH KEMBANG

I. IDENTITAS
Nama anak : Niko Hanafi Rofian
Tanggal lahir : 5 Juli 2002
Umur : 2 th 9 bln 26 hr
Nama ayah/Ibu : Sugiyanto
Pekerjaan Ayah/ Ibu : Bapak Kernet bus / Ibu rumah tangga
No. Med.Rec : 1 18 00 41
Berat Badan Lahir : 3600 gram
Alamat : Mangkuyudan RT 9 / 5 no. 20 Kodya. Yogyakarta

II. DATA FOKUS
S : Ibu mengatakan anaknya belum bisa duduk sendiri dan belum bisa rambatan serta belum bisa bicara.
O : Tangan dan kaki kiri gerakkannyan melemah
BB : 9,7 kg, TB : 82 cm, LK : 43 cm, LLA : 14 cm
Anak terlihat pasif dan malas untuk dilatih. Imunisasi sudah lengkap
Pengukuran Denver Development Skrining Test (DDST)/Denver II :
1. MOTORIK KASAR
Yang dapat dilakukan anak sesuai dengan umurnya adalah :
 Membalik
 Bangkit kepala tegak
 Duduk tanpa bantal
Yang tidak dapat dilakukan anak adalah :
 Berdiri satu kaki
 Melempar bola tangan ke atas
 Menendang bola ke depan
 Berjalan naik tangga
 Berjalan naik tangga  Berjalan naik tangga
 Bangkit terus duduk
 Bangkit untuk berdiri
 Berdiri dengan pegangan

2. BAHASA :
Yang dapat dilakukan anak :
 Papa/Mama tidak spesifik
 Kombinasi silabel
 Mengoceh  1 kata
 2 kata
 3 kata

3. ADATIF- MOTORIK HALUS
Yang dapat dilakukan anak :
 Meraih
 Mencari benang
 Menggaruk manik”  Memegang dengan ibu jari
 Mencoret-coret
 Menyusun menara 2 balok

4. PERSONAL SOSIAL
Yang dapat dilakukan anak :
 Menirukan kegiatan
 Minum dengan cangkir
 Menggunakan sendok/garfu
INTERPRETASI HASIL UJI DDST :
Perkembangan anak niko termasuk katagori suspect abnormal karena ada 2 atau > peringatan dan atau 1 atau > kelambatan
A : Keterlambatan tmbuh kembang berhubungan dengan ketidakmampuan fisik
P : - Kaji faktor penyebab gangguan perkembangan anak
- Latih anak untuk melakukan aktifitas sesusai garis batas umur
- Bangun hubungan kepercayaan dengan anak
- Anjurkan pada orang tua untuk kontrol secara rutin
I : - Mengkaji penyebab gangguan perkembangan anak
- Melatih anak untuk melakukan aktifitas sesuai garis batas umur
- Membangun hubungan kepercayaan dengan anak
- Menganjurkan pada orang tua untuk kontrol secara rutin
E : - Anak melakukan hanya sebagian tugas perkembangan yang bisa dicapai,.
- Ibu mengatakan paham dengan penjelasan yang diberikan dan berjanji akan
melaksanakan nasehat yang diberikan oleh perawat

Minggu, 19 Juni 2011

SAK BAYI NORMAL

BAYI NORMAL

A. Pendahuluan
Bayi baru lahir (BBL) dengan kondisi normal merupakan dambaan setiap pasangan orang tua. Sebagian besar BBL (< 80%) akan lahir dengan kondisi normal. Hal ini sebagian besar merupakan kelanjutan keberhasilan hasil konsepsi dan indikator pelayanan kesehatan maternal-neonatal yang baik dan berkualitas. Namun ada kalanya bayi yang lahir dalam keadaan normal dalam perjalanan hidupnya kemudian menjadi bermasalah. Untuk itu diperlukan kecermatan dan perhatian dalam perawatan BBL, meskipun terlahir normal. Nasib anak yang dilahirkan dengan seksio sesarea (SC) banyak tergantung dari keadaan yang menjadi alasan untuk melakukan SC. Menurut statistik di negara-negara dengan pengawasan antenatal dan intranatal yang baik, kematian perinatal pasca SC berkisar 4-7%. B. Kriteria Bayi Normal a. Masa gestasi cukup bulan: 37-40 minggu b. Berat lahir 2500-4000 gram c. Lahir tidak dalam keadaan asfiksia: (lahir menangis keras, nafas spontan dan teratur, skor Apgar >7.
d. Tidak terdapat kelainan kongenital berat

C. Langkah Promotif/Preventif
a. Mempersiapkan kehamilan ibu dengan baik dengan memperhatikan status nutrisi, kesehatan dan kesejahteraan ibu hamil
b. Melaksanakan perawatan antenatal yang teratur
c. Melakukan perawatan perinatal esensial
d. Mencegah persalinan prematur
e. Melakukan resusitasi dengan baik dan benar.

D. Langkah Diagnosis
1. Anamnesis
a. Riwayat perawatan antenatal yang teratur
b. Riwayat HPMT 9 hari pertama haid terakhir)
c. Riwayat kehamilan ibu baik; tidak ada DM, preeklamsia / eklamsia, hipertensi, perdarahan antepartum
d. Riwayat persalinan normal
e. Riwayat bayi lahir langsung menagis
2. Pemeriksaan fisik :
a. Berat lahir 2500-4000 gram
b. Tidak dijumpai tanda-tanda prematuritas
c. Bayi bugar, menangis keras, tonus otot baik, kulit kemerahan dan denyut jantung >100 kali/menit
d. Tidak dijumpai kelainan kongenital
3. Pemeriksaan penunjang
Biasanya tidak diperlukan pemeriksaan penunjang, kecuali dalam keadaan ragu dan atau untuk menghitung masa gestasi, maka dapat dilakukan pemeriksaan skor ballard atau dubowitz

E. Penatalaksanaan
Manajemen BBL normal
1 Perawatan esensial pasca persalinan yang bersih dan aman, serta inisiasi pernafasan spontan (resusitasi), dilanjutkan dengan
a. Stabilisasi suhu atau jaga agar suhu badan bayi tetap hangat dengan jalan membungkus badan dengan kain, selimut, atau pakaian kering dan hangat, memakai tutup kepala, segera meletakkan pada dada atau puting susu ibu, tidak memandikan sebelum berumur 6 jam.
b. Pemeriksaan asi dini dan eksklusif, dimulai pada 30 menit pertama
2 Pencegahan terhadap infeksi dan pemberian imunisasi
3 Pemberian vitamin K, secara intramuskuler atau oral, dosis injeksi 1 mg sekali pemberian, atau oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10 hari, dan umur 4-6 minggu).
4 Perawatan mata dengan pemberian tetes mata antibiotika tetrasiklin atau klorampenikol.
5 Perawatan tali pusat dengan menjaga kebersihan dan agar tetap kering tidak lembab.
6 Pemberian vaksin polio dan hepatitis B pertama.

F. Pemantauan
Terapi
1. Bayi normal biasanya tidak memerlukan terapi lebih lanjut
Pemantauan lain:
2. Meskipun bayi normal, tetap harus dipantau selama minimal 6 jam untuk melihat kemungkinan timbulnya bahaya, terutama hipotermi dan hipoglikemia serta gangguan nafas.
Pemantauan tumbuh kembang:
3. Perlu kunjungan tindak lanjut pada bidan atau dokter
4. Pemeriksaan imunisasi BCG pada usia 1 bulan
5. Periksa teratur di klinik tumbuh kembang, pos yandu, puskesmas, bidan atau dokter praktek untuk memantau tumbuh kembangnya.

G. Asuhan keperawatan bayi baru lahir normal
Pengkajian
1. Pengkajian fisik
a. Pengukuran umum :
 Lingkar kepala 33-35 cm,
 Lingkar dada 30,5-33 cm,
 Lingkat kepala 2-3 cm > dari linkar dada,
 Panjang kepala ke tumit 48-53 cm,
 BBL 2700-4000 gram
b. Tanda vital :
 Suhu 36,50C-370C (aksila),
 Frekwensi jantung 120-140 x/m (apical),
 Pernafasan 30-60x/m
 Tekanan darah
c. Kulit :
 Saat lahir: merah terang, menggembung, halus
 Hari kedua-ketiga: merah muda, mengelupas, kering
 Vernik kaseosa
 Lanugo
 Edema sekitar mata, wajah, kaki, punggung tangan, telapak, dan skrotum atau labia.
d. Kepala
 Fontanel anterior: bentuk berlian, 2,5-4,0 cm
 Fontanel posterior:bentuk segitiga 0,5-1 cm
 Fontanel harus datar, lunak danpadat
 Bagian terlebar dari fontanel diukur dari tulang ke tulang, bukan dari sututa ke sutura.
e. Mata :
 Kelopak biasanya edema, mata tertutup
 Warna agak abu-abu, biru gelap, coklat
 Tida ada air mata
 Ada refleks merah, reflek pupil (repon cahaya), refleks berkedip (respon cahaya atau sentuhan)
 Fiksasi rudimenter pada obyek dan kemampuan mengikuti ke garis tengah.
f. Telinga :
 Posisi puncak pinna berada pada garis horizontal bersama bagian luar kantus mata
 Reflek moro atau refleks terkejut ditimbulkan oleh bunyi keras dan tiab-tiba
 Pina lentur adanya kartilago.
g. Hidung :
 patensi nasal, rabas nasal-mukus putih encer, bersin
h. Mulut dan tenggorok :
 Utuh, palatum arkus-tinggi, uvula di garis tengah, frenulum lidah, frenulum bibir atas
 Reflek menghisap kuat dan terkoordinasi, reflek rooting
 Refleks gag, refleks ekstrusi
 Salivasi minimal atau tidak ada, menangis keras.
i. Leher :
 Pendek, gemuk, biasanya dikelilingi oleh lipatan kulir, reflek leher tonik, refleks neck-righting, refleks otolith righting
j. Dada :
 Diameter anterior posteriordan lateral sama
 Retraksi sternal sedikit terlihat selama inspirasi
 Terlihat prosesusxifoideus pembesaran dada.
k. Paru-paru :
 Pernafasan utamanya adalah pernafasan abdominal
 Reflek batuk tidak ada saat lahir, ada setelah 1-2 hari.
 Bunyi nafas bronchial sama secara bilateral
l. Jantung :
 Apeks: ruang intercostal ke4-5, sebelah lateral batas kiri sternum
 Nada S2 sedikit lebih tajam dan lebih tinggi daripada S1
m. Abdomen :
 Bentuk silindris
 Hepar: dapat diraba 2-3 cm dibawah marjin kostal kanan
 Limpa: puncak dapat diraba pada akhir minggu pertama
 Ginjal: dapat diraba 1-2 cm diatas umbilicaus
 Pusat umbilicus: putih kebiruan pada saat lahir dengan 2 arteri dan 1 vena
 Nadi femoral bilateral sama
n. Genetalia wanita :
 Labia dan klitoris biasanya edema
 Labia minora lebih besar dari labia mayora
 Meatus uretral di belakang klitoris
 Verniks kaseosa di antara labia
 Berkemih dalam 24 jam
o. Genetalia pria :
p. Punggung dan rektum :
 Spina utuh, tidak ada lubang masa, atau kurva menonjol
 Refleks melengkung, batang tubuh
 Wink anal
 Lubang anal paten
 Lintasa mekonium dalam 36 jam
q. Ekstrimitas :
 10 jari kaki dan tangan
 rentang gerak penuh
 punggung kuku merah muda, dengan sianosis sementara segera setelah lahir
 fleksi ekstremitas atas dan bawah
 telapak biasanya datar
 ekstrimitas simetris
 tonus otot sama secara bilateral, terutama tahanan pada fleksi berlawanan
 nadi brakialis bilateral sama.
r. Sistem neuromuskuler:
 Ekstrimitas biasanya mempertahankan derajat fleksi
 Ekstensi ekstrimitas diikuti dengan posisi fleksi sebelumnya.
 Kelambatan kepala saat duduk, tetapi mampu menahan kepala agar tetap tegak walaupun sementara
 Mampu memutar kepala dari satu sisi kesisi lain ketika tengkuran
 Mampu menahan kepala dalam garis horizontal dengan punggung bila tengkurap.

2. Pengkajian usia gestasi
3. Observasi status tidur dan aktivitas
 Tidur regular: 4-5 jam/hari, 10-20 menit/siklus mata tertutup, pernafasan regular, Tak ada gerakan kecuali sentakan tubuh yang tiba-tiba.
 Tidur ireguler: 12-15 jam/hari, 20-45 menit/siklus tidur, mata tertutup, pernafasan tidak teratur, sedikit kedutan pada otot.
 Mengantuk: bervariasi, mata mungkin terbuka, pernafasan ireguler, gerakan tubuh aktif.
 Inaktivitas sadar: 2-3 jam/hari. Berespon terhadap lingkungan dengan gerakan aktif dan mencari obyek pada rentang dekat.
 Terbangun dan menangis: 1-4 jam/hari. Mungkin dengan merengek dan sedikit gerakan tubuh, berlanjut pada menangis keras dan marah serta gerakan ekstrimitas yang tidak terkoordinasi.
4. Observasi perilaku kedekatan orang tua
 Bila bayi dibawa ke orang tua, apakah mereka meraih anak dan memanggil namanya?
 Apakah orang tua membicarakan tentang anaknya dalam hal identifikasi/
 Kapan orang tua menggendong bayi, kontak tubuh seperti apa yang terjadi?
 Ketika bayi bangun, stimulasi apa yang dilakukan?
 Seberapa nyaman keleihatan orang tua dalam merawat bayi?
 Tipe afeksi apa yang ditunjuukan pada bayi baru lahir, seperti tersenyum, membelai, mencium atau menimang?
 Bila bayi rewel, tehnik kenyamanan apa yang dilakukan orang tua?
Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d. mucus berlebihan, posisi tidak tepat
2. Risiko infeksi b.d. kurangnya pertahanan imunologis, faktor lingkungan, penyakit ibu.
3. Hipotermi b.d berada di lingkungan yang dingin/sejuk, pakaian yang tidak memadai, evaporasi kulit di lingkungan yang dingin.
4. Risiko trauma berhubungan dengan ketidakberdayaan fisik
5. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (resiko tinggi) b.d. imaturitas, kurang pengetahuan orang tua.
6. Perubahan oroses keluarga b.d krisis maturasi, kelahiran cukup bulan, perubahan dalam unit keluarga
7. PK Hipoglikemi
Diagnosa keperawatan yang sering muncul
1. bersihkan jalan nafas tidak efektif sampai dengan obstruksi jalan nafas banyaknya mukus.
2. resiko infeksi
3. resiko ketidakseimbangan suhu tubuh dengan faktor resiko paparan dingin/sejuk: perubahan suhu infra uteri ke extra uteri.

Rencana Keperawatan
No Dianogsa Keperawatan Tujuan Intervensi
1. Bersihan jalan nafas tak efektif b.d obstruksi jalan nafas : banyaknya mucus.

Batasan karakteristik :
- Dyspuea
- Cyanosis
- Kelainan suara nafas (kracles)
- Mata melebar
- Produksi sputan
- Gelisah
- Perubahan frekwensi dan irama nafas
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … X 24 jam, klien diharapkan mampu menunjukan jalan nafas yang paten dengan indicator :

Status Respirasi : Patensi Jalan Nafas (0410) :
- Pasien tampak tenang (tidak cemas)
- RR: 30-60X/menit
- Irama nafas teratur
- Pengeluaran sputum pada jalan nafas
- Tidak ada suara nafas tambahan
- Warna kulit kemerahan Manajemen Jalan Nafas (3140) :
1. Buka jalan nafas
2. Posisikan klien untuk memak-simalkan ventilasi
3. Identifikasi klien perlunya pema-sangan alat jalan nafas buatan
4. Keluarkan sekret dengan suction
5. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
6. Monitor respirasi dan ststus O2

Suction Jalan Nafas (3160) :
1. Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning
2. Informasikan pada keluarga tentang suctioning
3. Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suction nasotracheal
4. Gunakan alat yang steril setiap melakukan tindakan
5. Berikan waktu istirahat pada klien setelah kateter dikeluarkan dari naso trakeal
6. Hentikan suction dan berikan O2 jika klien menunjukan bradikadi, peningkatan saturasi O2, dll.
2. Resiko infeksi

Batasan karakteristik:
- Prosedur invasif
- Malnutrisi
- Ketidakadekuatan imun buatan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…X 24 jam, pasien diharapkan terhindar dari tanda dan gejala infeksi dengan indicator :
Status Imun (0702) :
- RR : 30-60X/menit
- Irama napas teratur
- Suhu 36-37˚ C
- Integritas kulit baik
- Integritas nukosa baik
- Leukosit dalam batas normal


Mengontrol Infeksi (6540) :
1. Bersihkan box / incubator setelah dipakai bayi lain
2. Pertahankan teknik isolasi bagi bayi ber-penyakit menular
3. Batasi pengunjung
4. Instruksikan pada pengunjung untuk cuci tangan sebelum dan sesudah berkunjung
5. Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
6. Cuci tangan sebelum dan sesudah mela-kukan tindakan keperawatan
7. Pakai sarung tangan dan baju sebagai pelindung
8. Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
9. Ganti letak IV perifer dan line kontrol dan dressing sesuai ketentuan
10. Tingkatkan intake nutrisi
11. Beri antibiotik bila perlu.

Mencegah Infeksi (6550)
1. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
2. Batasi pengunjung
3. Skrining pengunjung terhadap penyakit menular
4. Pertahankan teknik aseptik pada bayi beresiko
5. Bila perlu pertahankan teknik isolasi
6. Beri perawatan kulit pada area eritema
7. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, dan drainase
8. Dorong masukan nutrisi yang cukup
9. Berikan antibiotik sesuai program
3. Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d faktor resiko paparan dingin / sejuk : perubahan suhu intrauteri ke extrauteri.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…X 24 jam diharapkan klien terhindar dari ketidak-seimbangan suhu tubuh dengan indicator :
Termoregulasi Neonatus (0801) :
- Suhu axila 36-37˚ C
- RR : 30-60 X/menit
- HR 120-140 X/menit
- Warna kulit merah muda
- Tidak ada distress respirasi
- Hidrasi adekuat
- Tidak menggigil
- Bayi tidak gelisah
- Bayi tidak letargi

Mengatur temperature (3900) :
1. Monitor temperatur klien sampai stabil
2. Monitor nadi, pernafasan
3. Monitor warna kult
4. Monitor tanda dan gejala hipotermi / hipertermi
5. Perhatikan keadekuatan intake cairan
6. Pertahankan panas suhu tubuh bayi (missal : segera ganti pakaian jika basah)
7. Bungkus bayi dengan segera setelah lahir untuk mencegah kehilangan panas
8. Jelaskan kepada keluarga tanda dan gejala hipotermi / hipertermi
9. Letakkan bayi setelah lahir di bawah lampu sorot / sumber panas
10. Jelaskan kepada keluarga cara untuk mencegah kehilangan panas / mencegah panas bayi berlebih
11. Tempatkan bayi di atas kasur dan berikan selimut.
DAFTAR PUSTAKA

_________, 1985, Buku Kuliah 1, Ilmu Kesehatan Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jakarta.

IOWA Outcomes Project, Nursing Outcomes Classification (NOC), Edisi 2, 2000, Mosby

IOWA Outcomes Project, Nursing Interventions Classification (NIC), Edisi 2, 2000, Mosby

Nelson, 1992, Ilmu Kesehatan Anak, Bagian 2, EGC, Jakarta

Pusponegoro.H.D., dkk, 2004, Standar Pelayanan Medis Kesehatan anak, Edisi I, Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Ralph & Rosenberg, 2003, Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2005-2006, Philadelphia USA

Wong, 2003, Keperawatan Pediatrik, EGC, Jakarta

Carpenito, rencana Asuhan dan dokumentasi Keperawatan, Edisi 2, 1995, EGC, Jakarta

Noer. S., Waspadji.S., Rachman.M., Lesmana.L.A, Widodo.D., Isbagio.I., Alwi.I., Husodo.U.B.,1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

PROPOSAL BERMAIN PADA ANAK

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bermain merupakan kebutuhan anak seperti halnya kasih sayang, makanan, perawatan, dan lain-lainnya, karena dapat memberi kesenangan dan pengalaman hidup yang nyata. Bermain juga merupakan unsur penting untuk perkembangan anak baik fisik, emosi, mental, sosial, kreativitas serta intelektual. Oleh karEna itu bermain merupakan stimulasi untuk tumbuh kembang anak.

Terapi bermain adalah suatu bentuk permainan yang direncanakan untuk membantu anak mengungkapkan perasaannya dalam menghadapi kecemasan dan ketakutan terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan baginya. Bermain pada masa pra sekolah adalah kegiatan serius, yang merupakan bagian penting dalam perkembangan tahun-tahun pertama masa kanak-kanak. Hampir sebagian besar dari waktu mereka dihabiskan untuk bermain (Elizabeth B Hurlock, 1999: 121). Dalam bermain di rumah sakit mempunyai fungsi penting yaitu menghilangkan kecemasan, dimana lingkungan rumah sakit membangkitkan ketakutan yang tidak dapat dihindarkan (Sacharin, 1993: 78).

Hospitalisasi biasanya memberikan pengalaman yang menakutkan bagi anak. Semakin muda usia anak, semakin kurang kemampuannya beradaptasi, sehingga timbul hal yang menakutkan. Semakin muda usia anak dan semakin lama anak mengalami hospitalisasi maka dampak psikologis yang terjadi salah satunya adalah peningkatan kecemasan yanng berhubungan erat dengan perpisahan dengan saudara atau teman-temannya dan akibat pemindahan dari lingkungan yang sudah akrab dan sesuai dengannya (Whaley and Wong, 1995).

Anak-anak dapat merasakan tekanan (stress) pada saat sebelum hospitalisasi, selama hospitalisasi, bahkan setelah hospitalisasi, karena tidak dapat melakukan kebiasaannya bermain bersama teman-temannnya, lingkungan dan orang-orang yang asing baginya serta perawatan dengan berbagai prosedur yang harus dijalaninya terutama bagi anak yang baru pertama kali di rawat menjadi sumber utama stress dan kecemasan / ketakutan (Carson, dkk, 1992: 1139). Hospitalisasi merupakan masalah yang dapat menyebabkan terjadinya kecemasan bagi anak. Dengan demikian berarti menambah permasalahan baru yang bila tidak ditanggulangi akan menghambat pelaksanaan terapi di rumah sakit.

Pemberian terapi bermain ini dapat menunjang tumbuh kembang anak dengan baik. Pada kenyataannya tidak semua anak dapat melewati masa kanak-kanaknya dengan baik, ada sebagian yang dalam proses tumbuh kembangnya mengalami gangguan kesehatan. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut diatas, maka perlu adanya program terapi bermain di rumah sakit khususnya di ruang perawatan anak, sehingga diharapkan asuhan keperawatan dapat menunjang proses penyembuhan.

BAB II
LANDASAN TEORI

1. Bermain usia pra-sekolah
Aktivitas :
Aktivitas yang dianjurkan untuk perkembangan fisik :
 Memberikan ruang untuk anak untuk berlari, melonjat, dan memanjat
 Ajarkan anak untuk berenang
 Ajarkan olah raga dan aktivitas yang sederhana

Aktivitas yang dianjurkan untuk perkembangan sosial :
 Anjurkan berinteraksi dengan anak-anak tetangga
 Halangi anak bila ia menjadi destruktif
 Daftarkan anak ke sekolah khusus untuk anak-anak pra-sekolah

Aktivitas yang dianjurkan untuk perkembangan mental dan kreativitas :
 Anjurkan usaha yang kreatif dengan bahan mentah
 Membaca cerita
 Pantau tontonan tv
 Hadirkan theater dan budaya lainnya yang sesuai dengan usia anak
 Ajak anak berjalan-jalan sejenak ke taman, pantai, dan museum

Mainan :
Mainan yang dianjurkan untuk perkembangan fisik :
 Papan jungkat-jungkit
 Prosotan dengan tinggi sedang
 Ayunan yang dapat diatur

 Kendaraan untuk dikendarai
 Sepeda roda tiga
 Mengarungi kolam
 Kereta sorong
 Kereta luncur
 Wagon
 Rollers skates

Mainan yang dianjurkan perkembangan sosial :
 Rumah mainan yang berukuran anak
 Piring dan meja
 Papan setrika dan setrikanya
 Mesin kasir dan mesin tulis mainan
 Truk, mobil, kereta, pesawat
 Baju-baju mainan untuk berdandan
 Peralatan dokter dan perawat
 Paku, palu, gergaji mainan
 Alat-alat berdandan, alat tata rias dan alat cukur mainan

Mainan yang dianjurkan untuk perkembangan mental dan kreativitas :
 Buku-buku
 Puzzle-jigsaw
 Mainan bermusik (xylophone, piano, drum, terompet)
 Mewarnai gambar
 Gunting tumpul, lem, dan kertas tempel
 Kertas koran, krayon, cat poster, kuas besar
 Mainan bermusik dan berirama
 Papan flannel dan secarik kain yang berwarna dan berbentuk
 Fregumed berbentuk geometrik (berwarna)
 Rekaman dan tape
 Papan tulis dan kapur berwarna
 Rangkaian konstruksi kayu dan plastik
 Kaca pembesar dan magnet

2. Fungsi bermain
Bermain / aktifitas fisik secara umum berfungsi :
a. Merangsang hormon pertumbuhan, nafsu makan, metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein
b. Merangsang pertumbuhan otot dan tulang
c. Merangsang perkembangan
d. Mempengaruhi pengetahuan anak
e. Menghibur anak-anak
f. Menghilangkan kebosanan

Fungsi bermain sesuai tumbuh kembang anak :
a. Perkembangan sensori motorik
 Memperbaiki keterampilan motorik kasar dan halus serta koordinasi
 Meningkatkan perkembangan semua indera
 Mendorong perkembangan pada sifat fisik
 Memberikan pelampiasan kelebihan energi

b. Perkembangan Intelektual
 Memberikan sumber-sumber yang beraneka ragam untuk pembelajaran
 Eksplorasi dan manipulasi bentuk, ukuran, tekstur, warna
 Pengalaman dengan angka
 Kesempatan untuk mempraktekkan dan memperluas keterampilan berbahasa
 Memberikan kesempatan untuk melatih pengalaman masa lalu dalam upaya mengasimilasinya kedalam persepsi hubungan baru
 Membantu anak untuk memahami dunia dimana mereka hidup dan membedakan antara fantasi dan realita

c. Perkembangan sosialisasi dan moral
 Mengajarkan peran orang dewasa, termasuk perilaku peran seks
 Memberikan kesempatan untuk menguji hubungan
 Mengembangkan keterampilan sosial
 Mendorong interaksi dan perkembangan sikap yang positif terhadap orang lain
 Menguatkan pola perilaku yang telah disetujui

d. Kreativitas
 Memberikan saluran ekspresif untuk ide dan minat yang kreatif
 Memungkinkan fantasi dan imajinasi
 Mengembangkan minat dan bakat

e. Kesadaran diri
 Memudahkan perkembangan identitas diri
 Mendorong pengaturan perilaku sendiri
 Memungkinkan pengujian pada kemampuan sendiri (keahlian sendiri) memberikan perbandingan antara kemampuan sendiri dengan kemampuan orang lain
 Memungkinkan kesempatan untuk belajar bagaimana perilaku sendiri dapat mempengaruhi orang lain

f. Nilai Terapeutik
 Memberikan pelepasan stress dan ketegangan
 Memungkinkan ekspresi emosi dan pelepasan impuls yang tidak dapat diterima dalam bentuk yang secara sosial dapat diterima
 Mendorong percobaan dan pengujian situasi yang menakutkan dengan cara yang aman
 Memudahkan komunikasi verbal tidak langsung dan non verbal tentang kebutuhan, rasa takut dan keinginan.
BAB III
TERAPI KREATIVITAS


A. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah diberikan terapi bermain, diharapkan kreativitas anak-anak berkembang baik dan dapat membantu mengurangi tingkat kecemasan atau ketakutan yang dirasakan oleh anak-anak akibat hospitalisasi
2. Tujuan khusus
Setelah mengikuti terapi kreatifitas 90% anak-anak diharapkan mampu :
1) Memilih dan menggunting gambar yang telah dipilih
2) Mengoleskan lem pada balik gambar yang telah dipotong
3) Menentukan dan menempel gambar pada tempat yang telah ditentukan.

B. Sasaran
Sasaran terapi kreativitas ini adalah anak-anak usia pra-sekolah (4-6 thn) yang dirawat di ruang perawatan anak (R. Kemuning-RSAM), berjumlah 5 anak dengan kriteria :
1. Tidak bedrest total
2. Tidak kejang
3. Tidak panas/bebas demam
4. Bersedia mengikuti permainan/terapi

C. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Tempat : Ruang perawatan anak, R. Kemuning – RSAM.
Hari/Tgl : Minggu, 19 Agustus 2007
Pukul : 12.30 – 13.30 WIB
D. Setting Tempat

Keterangan :
☺ = Leader
☻ = Co Leader
 = Anak-anak
 = Fasilitator
☼ = Observer

E. Metode
Metode yang digunakan adalah :
 Ceramah
 Demonstrasi
 Tanya jawab

F. Jenis Permainan
Menggunting dan menempel gambar pada tempat yang telah disediakan.

G. Teknis Permainan
1. Leader membuka dan menutup kegiatan terapi kreativitas.
2. Co Leader dibantu oleh fasilitator memberi pengarahan dan mempraktekkan cara bermain di depan anak-anak.
3. Cara bermain :
Gambar dan peralatan menempel dibagikan kepada masing-masing anak.
Lalu anak dibimbing untuk menggunting gambar dan menempelkannya pada gambar yang telah disediakan.
Jika gambar telah terbentuk kembali anak disuruh mengacungkan jari tanda selesai
Peserta yang dinyatakan menang adalah peserta yang telah menyelesaikan lebih dulu dari peserta lainnya, dengan hasil yang baik dan benar.

H. Struktur Organisasi
1. Leader : P. Tri Husodo
Bertanggung jawab terhadap terlaksananya terapi kreativitas, yaitu membuka dan menutup kegiatan ini.
2. Co Leader : Yeni Dwi Susiyati
Menjelaskan pelaksanaan dan mendemonstrasikan terapi kreativitas.
3. Fasilitator : Erma Suryani, Lilis Pujiati, Marlia Rantawati, Tri Wijayanto, Suparmi.
Mempersiapkan alat dan tempat permainan serta mendampingi setiap peserta dalam mengikuti terapi kreativitas.
4. Observer : Suwoyo
Memfasilitasi pelaksanaan terapi bermain; terapi kreativitas dan mengamati, mencatat jalannya terapi kreativitas.
PENUTUP
Bermain merupakan aktivitas yang dilakukan tanpa paksaan, tidak dapat dilepaskan dari kehidupan anak dan merupakan salah satu sarana untuk stimulasi tumbuh kembang anak agar dapat bertumbuh dan berkembang secara optimal. Hasil akhir dari terapi kreativitas (bermain) yang dilakukan di ruang perawatan anak (R. Kemuning) ini diharapkan dapat meningkatkan daya kreativitas anak, menurunkan kecemasan, dan anak mampu beradaptasi lebih efektif terhadap stres karena hospitalisasi, selain itu juga dapat menghilangkan kebosanan dan memberikan kegembiraan pada anak, dengan demikian proses asuhan keperawatan dapat terlaksana dengan baik.

Jumat, 17 Juni 2011

SAP TERAPI BERMAIN PADA ANAK

SATUAN ACARA BERMAIN

POKOK BAHASAN : Keperawatan Anak
SUB POKOK BAHASAN : Therapi bermain
WAKTU : 1 x 20 Menit
HARI/TANGGAL : Sabtu,15 November 2003
TEMPAT : Bangsal Perawatan D2 Anak
RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA
SASARAN : Anak Andri dan Anak Hariyadi
PELAKSANA : Subworo Hadi
Abdul Azis
Diyono
Siti Anisah Sholihati
A. BIODATA PASIEN ;
1. NAMA : Andri.
UMUR : 8 Tahun
JENIS KELAMIN : Laki-laki
ALAMAT : Kaligesing Donoharjo Purworejo
RUANG/KELAS : D2 Cendana/ III A Bedah Anak
TGL MRS : 5 November 2003
NO. MED..REC. : 1107663
DIAGNOSE : Multiple Injury OK trauma ledak
2. NAMA : Hariyadi
UMUR : 9 Tahun
JENIS KELAMIN : Laki-laki
ALAMAT : Kwarasan RT 8/6 Nogotirto GPG Sleman
RUANG/KELAS : D2 Cendana/ III A Bedah Anak
TGL MRS : 30 Oktober 2003
NO. MED..REC. : 0607498
DIAGNOSE : Stenosis Ani Post SOAVE



B. RIWAYAT KEPERAWATAN SEKARANG :
1. Anak Andri telah dirawat di Bangsal D2 Bedah Anak RSUP DR. Sardjito selama 8 hari dengan keluhan tangan kiri luka setelah terkena ledakan petasan. Terdapat uka pada telapak ,jari-jari tangan kiri dan ruotur tendon,amputatum pada jari III. Sudah dilakukan debridement dan saat ini menunggu penyembuhan luka.
Therapi Yang diberikan : - Cefazol 3 x 500 mg
- Novalgin 3 x ½ amp
- Rawat luka
KARAKTERISTIK ANAK :
 Pendiam
 Kurang Kooperatif (sering menolak tinadakan keperawatan)
 Kondisi sekarang memungkinkan untuk therapy bermain karena anak dapat mobilisasi dengan baik.
2. .Anak Hariyadi telah dirawat di Bangsal D2 Bedah Anak RSUP DR. Sardjito selama 13 hari dengan keluhan perut kembung ,suasah buang air besar. Riwayat MC post Sigmoidostomy dan Soave 4 tahun yang lalu..
Therapi Yang diberikan : - IVFD Ka EN 3B : Amiparen ( 1000cc : 500cc)
- Ceftriaxon 3 x 1 gram
- Metronidazol 3 x 100 mg
- Cimetidine 3 x ½ amp
KARAKTERISTIK ANAK :
 Pendiam
 Agak penakut (sering menolak tindakan keperawatan)
 Kondisi sekarang memungkinkan untuk therapy bermain karena anak dapat mobilisasi duduk.
I. TUJUAN UMUM
Setelah mendapatkan therapy bermain selama 1 x 20 menit. Anak dapat memahami pentingnya bermain dan anak paham terhadap maksud dan tujuan perawatan yang diberikan selama ini.
II. TUJUAN KHUSUS
1. Anak dapat menikmati permainan yang diberikan
2. Anak dapat mengungkapkan perasaannya secara verbal
3. Sebagai media Rekreasi dan sosialisasi
4. Anak tidak takut lagi terhadap setiap prosedur tindakan keperawatan
III. STRATEGI BERMAIN

NO
WAKTU KEGIATAN
PERAWAT ANAK

1.




2









3
5 Menit




10 Menit









5 menit
Pembukaan
a. Salam pembukaan
b. Perkenalan
c. Mengkomunikasikan tujuan

Kegiatan inti BERMAIN
a. Menyiapkan mainan
b. Bermain sandiwara dengan melibatkan anak dan ortu
c. Meminta respon dan tanggapan anak.
d. Memberikan Reinfocement positif jika anak bisa mengikuti permainan

Penutup
a. Mengakhiri permainan
b. Melakukan evaluasi .
- Memperhatikan




- Memperhatikan

- Mengikuti
IV. METODE
a. Bersandiwara bermain peran
b. Mendengarkan tanggapan anak/Tanya jawab
c. Demonstrasi menggambar dan merangkai kata
IV. MEDIA DAN ALAT
a. Cerita dalam bentuk sandiwara
b. Buku gambar ,alat gambar dan alat tulis
c. Boneka dokter,Boneka perawat,boneka anak laki-laki
V. EVALUASI
a. Masalah yang muncul selama bermain
b. Ada/tidak jalinan kerjasama antara ortu,anak dan perawat












EVALUASI SELAMA KEGIATAN THERAPI BERMAIN :

1. Masalah yang muncul selama bermain :
 Anak sedikit pasif dan pemalu terhadap orang yang baru dikenalnya
 Anak mau mendengarkan cerita dan menunjuk dengan jari gambar yang diminta tanpa bicara
 Anak bisa menyebutkan Nama dari gambar yang diberikan misalnya ketika praktikan menunjukkan gambar Kodok anak menyebutnya “Dok”
2. Jalinan kerjasama antara anak – perawat dan Orang Tua selama dilakukan therapi bermain baik dari awal-proses – hingga- akhir sangat baik.
3. Anak mau mengulang cerita nya kembali dengan orangtuanya ketika perawat/praktikan meninggalkan anak.

TERAPI BERMAIN PADA ANAK

TERAPI BERMAIN

A. PENGERTIAN BERMAIN
Bermain adalah cara alamiah bagi anak mengungkapkan konflik dalam dirinya yang tidak disadari.(wholey and Wong,1991).
Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan sesuai dengan keinginan untuk memperoleh kesenangan.(Foster,1989)
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkan tanpa mempertimbangkan hasil akhir (Hurlock)
Jadimkesimpulannya bermain adalah cara untuk memperoleh kesenangan tanpa mempertimbangkan hasil akhir.

B. KATEGORI BERMAIN
1. Bermain aktif
Yaitu anak banyak menggunakan energi inisiatif dari anak sendiri.
Contoh : bermain sepak bola.
2. Bermain pasif
Energi yang dikeluarkan sedikit,anak tidak perlu melakukan aktivitas (hanya melihat)
Contoh : memberikan support.

C. CIRI-CIRI BERMAIN
1. Selalu bermain dengan sesuatu atau benda
2. Selalu ada timbal balik interaksi
3. Selalu dinamis
4. Ada aturan tertentu
5. Menuntut ruangan tertentu




D. KLASIFIKASI BERMAIN MENURUT ISI
1. Social affective play
Anak belajar memberi respon terhadap respon yang diberikan oleh lingkungan dalam bentuk permainan,misalnya orang tua berbicara memanjakan anak tertawa senang,dengan bermain anak diharapkan dapat bersosialisasi dengan lingkungan.
2. Sense of pleasure play
Anak memproleh kesenangan dari satu obyek yang ada disekitarnya,dengan bermain dapat merangsang perabaan alat,misalnya bermain air atau pasir.
3. Skill play
Memberikan kesempatan bagi anak untuk memperoleh ketrampilan tertentu dan anak akan melakukan secara berulang-ulang misalnya mengendarai sepeda.
4. Dramatika play role play
Anak berfantasi menjalankan peran tertentu misalnya menjadi ayah atau ibu

MENURUT KARAKTERISTIK SOSIAL
1. Solitary play
Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa orang lain yang bermai disekitarnya. Biasa dilakukan oleh anak balita Todler.
2. Paralel play
Permainan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-masing mempunyai mainan yang sama tetapi yang satu dengan yang lainnya tidak ada interaksi dan tidak saling tergantung, biasanya dilakukan oleh anak preischool
Contoh : bermain balok
3. Asosiatif play
Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktifitas yangsma tetapi belum terorganisasi dengan baik,belum ada pembagian tugas,anak bermain sesukanya.
4. Kooperatif play
Anak bermain bersama dengan sejenisnya permainan yang terorganisasi dan terencana dan ada aturan tertentu. Bissanya dilakukanoleh anak usia sekolah Adolesen
E. FUNGSI BERMAIN
Anak dapat melangsungkan perkembangannya
1. PERKEMBANGAN SENSORI MOTORIK
Membantu perkembangan gerak dengan memainkan obyek tertentu,misalnya meraih pensil.
2. PERKEMBANGAN KOGNITIF
Membantu mengenal benda sekitar(warna,bentuk kegunaan)
3. KREATIFITAS
Mengembangkan kreatifitas mencoba ide baru misalnya menyusun balok.
4. PERKEMBANGAN SOSIAL
Diperoleh dengan belajar berinteraksi dengan orang lain dan mempelajari belajar dalam kelompok.
5. KESADARAN DIRI(SELF AWARENESS)
Bermain belajar memahami kemampuan diri kelemahan dan tingkah laku terhadap orang lain.
6. PERKEMBANGAN MORAL
Intraksi dengan orang lain bertingkah laku sesuai harapan teman menyesuaikan dengan aturan kelompok.
Contoh : dapat menerapkan kejujuran.
7. TERAPI
Bermain kesempatan pada anak untuk mengekspresikan perasaan yang tidak enak misalnya : marah,takut,benci.
8. KOMUNIKASI
Bermain sebagai alat komunikasi terutama bagi nak yang belum dapat mengatakan secara verbal, misalnya : melukis,menggambar,bermain peran.

F. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKTIVITAS BERMAIN
1. Tahap perkembangan,tiap tahap mempunyai potensi/keterbatasan
2. Status kesehatan,anak sakit→ perkembangan psikomotor kognitif terganggu
3. Jenis kelamin
4. Lingkungan → lokasi,negara,kultur.
5. Alat permainan → senang dapat menggunakan
6. Intelegensia dan status social ekonomi

G. TAHAP PERKEMBANGAN BERMAIN
1. Tahap eksplorasi
Merupkan tahapan menggali dengan melihat cara bermain
2. Tahap permainan
Setelah tahu cara bermain,anak mulai masuk dalam tahap perminan.
3. Tahap bermin sungguhan
Anak sudah ikut dalam perminan.
4. Tahap melamun
Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan berikutnya.

H. KARAKTERISTIK BERMAIN SESUAI TAHAP PERKEMBANGAN
1 BULAN
VISUAL : Lihat dengan jarak dekat
Gantungkan benda yang terang dan menyolok
AUDITORI : Bicara dengan bayi, menyanyi,musik,radio,detik jam
TAKTIL : Memeluk,menggendong,memberi kesenangan
KINETIK : Mengayun,naik kereta dorong

2-3 BULAN
VISUAL : Buat ruangan menjadi tenang,gambar,cermin ditembok
Bawa bayi ke ruangan lain
Letakkan bayi agar dapat memandang disekitar
AUDITORI : Bicara dengan bayi,beri mainan bunyi,ikut sertakan dalam pertemuan keluarga.
TAKTIL : Memandikan ,mengganti popok,menyisir rambut dengan lembut,gosok dengan lotion/bedak
KINETIK : Jalan dengan kereta,gerakan berenang,bermain air

4-6 BULAN
VISUAL : Bermain cermin,anak nonton TV
Beri mainan dengan warna terang
AUDITORI : Anak bicara,ulangi suara yang dibuat,panggil nama,
Remas kertas didekat telinga,Pegang mainan bunyi.
TAKTIL : Beri mainan lembut/kasar,mandi cemplung/cebur
KINETIK : Bantu tengkurap,sokong waktu duduk

6-9 BULAN
VISUAL : Mainan berwarna,bermain depan cermin,”ciluk ….ba”.
Beri kertas untuk dirobek-robek.
AUDITORI : Panggil nama “Mama …Papa,dapat menyebutkan bagian tubuh,
Beri tahu yang anda lakukan,ajarkan tepuk tangan dan beri perintah sederhana.
TAKTIL : Meraba bahan bermacam-macam tekstur,ukuran,main air mengalir
Berenang
KINETIK : Letakkan mainan agak jauh lalu suruh untuk mengambilnya.

9-12 BULAN
VISUAL : Perlihatkan gambar dalam buku. Ajak pergi ke berbagai tempat
Bermain bola, Tunjukkan bangunan agak jauh.
AUDITORI : Tunjukkan bagian tubuh dan sebutkan,
Kenalkan dengan suara binatang
TAKTIL : Beri makanan yang dapat dipegang
Kenalkan dingin,panas dan hangat.
KINETIK : Beri mainan

Mainan yang dianjurkan untuk Bayi 6-12 bulan
• Blockies warna-warni jumlah,ukuran.
• Buku dengan gambar menarik
• Balon,cangkir dan sendok
• Boneka bayi
• Mainan yang dapat didorong dan ditarik

TODLER ( 2-3 TAHUN )
• Mulai berjalan,memanjat,lari
• Dapat memainkan sesuatu dengan tangannya
• Senang melempar,mendorong,mengambil sesuatu
• Perhatiannya singkat
• Mulai mengerti memiliki “ Ini milikku ….”
• Karakteristik bermain “Paralel Play”
• Toddler selalu brtengkar saling memperebutkan mainan/sesuatu
• Senang musik/irama

Mainan Untuk Toddler
• Mainan yang dapat ditarik dan didorong
• Alat masak
• Malam,lilin
• Boneka,Blockies,Telepon,gambar dalam buku,bola,dram yang dapat dipukul,
krayon,kertas.

PRE-SCHOOL
• Cross motor and fine motors
• Dapat melompat,bermain dan bersepeda.
• Sangat energik dan imaginative
• Mulai terbentuk perkembangan moral
• Mulai bermain dengan jenis kelamin dan bermain dgn kelompok
• Karakteristik bermain
• Assosiative play
• Dramatic play
• Skill play
• Laki-laki aktif bermain di luar
• Perempuan didalam rumah

Mainan untuk Pre-school
• Peralatan rumah tangga
• Sepeda roda Tiga
• Papan tulis/kapur
• Lilin,boneka,kertas
• Drum,buku dengan kata simple,kapal terbang,mobil,truk

USIA SEKOLAH
 Bermain dengan kelompok dan sama dengan jenis kelamin
 Dapat belajar dengan aturan kelompok
 Belajar Independent,cooperative,bersaing,menerima orang lain.
 Karakteristik “Cooperative Play”
 Laki-laki : Mechanical
 Perrempuan : Mother Role

Mainan untuk Usia Sekolah
6-8 TAHUN
Kartu,boneka,robot,buku,alat olah raga,alat untuk melukis,mencatat,sepeda.

8-12 TAHUN
Buku,mengumpulkan perangko,uang logam,pekerjaan tangan,
kartu,olah raga bersama,sepeda,sepatu roda.

BERMAIN DI RUMAH SAKIT
TUJUAN
1. Melanjutkan tugas kembang selama perawatan
2. Mengembangkan kreativitas melalui pengalaman permainan yang tepat
3. Beradaptasi lebih efektif terhadap stress karena sakit atau dirawat
PRINSIP
1. Tidak banyak energi,singkat dan sederhana
2. Mempertimbangkan keamanan dan infeksi silang
3. Kelompok umur sama
4. Melibatkan keluarga/orang tua.
UPAYA PERAWATAN DLM PELAKSANAAN BERMAIN
1. Lakukan saat tindakan keperawatan
2. Sengaja mencari kesempatan khusus
BEBERAPA HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
1. Alat bermain
2. Tempat bermain
PELAKSANAAN BERMAIN DI RS DIPENGARUHI OLEH :
1. Faktor pendukung
Pengetahuan perawat,fasilitas kebijakan RS,kerjasama Tim dan keluarga
2. Faktor penghambat
Tidak semua RS mempunyai fasilitas bermain.




DAFTAR PUSTAKA

Foster and Humsberger,1998,Family Centered Nursing Care of Children. WB sauders Company,Philadelpia USA.
Hurlock E B,1991,Perkembangan Anak Jilid I,Erlangga Jakarta.
Markum dkk,1990,Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak,IDI Jakarta.
Soetjiningsih,1995,Tumbuh Kembang Anak,EGC,Jakarta.
Whaley and Wong,1991,Nursing Care infants and children. Fourth Edition,Mosby Year Book,Toronto Canada.